Oleh: Ahsanul Huda
Allah I berfirman dalam Qs. Ibrahim: 10, Al-Isra': 102, An-Naml: 14, Asy-Su’ara: 24-28. tauhid yang di dakwahkan oleh para Rasul dan diturunkan dengannya kitab-kitab ada dua macam: Tauhid dalam penetapan dan pengakuan, dan tauhid dalam memohon dan tujuan.
1. Tauhid yang pertama adalah penetapan dzat Rabb I, sifat, asma dan af’al-Nya yang tidak menyerupai sesuatu pun, seperti yang dikabarkan oleh-Nya tentang diri-Nya dan yang Rasul r kabarkan.
2. Tauhid thalab dan Qashd, seperti yang terkandung dalam Qs. Al-Kafirun, Ali-Imran: 64.
Al-Qur'an seluruhnya membicarakan tauhid, hak-haknya dan balasannya serta membicarakan tentang syirik, dan pelakunya serta balasan baginya.
Misalnya: Surat al-Fatihah:
Ini adalah ayat-ayat tentang tauhid.
Tauhid yang menerangkan permohonan petunjuk kepada jalannya ahli bertauhid yang Allah Ta’ala telah memberikan nikmat kepada mereka.
Bukan jalannya orang-orang yang menyelisihi tauhid.
Pengarang mengatakan, “Kami menyatakan tentang tauhid kepada Allah I, berdasarkan keyakinan semata-mata berkat taufik Allah I. Sesungguhya Allah I itu Maha Tunggal tidak ada sekutu bagi-Nya.
Allah I berfirman dalam Qs. Al-A'raf : 59, 65, 73, dan 85, Qs. An-Nahl: 36, Qs. 21: 25.
Seluruh ulama salaf sepakat bahwa kewajiban pertama adalah mengucapkan dua kalimat syahadat, bukan meneliti atau yang lainnya, seperti yang disuarakan oleh para ahli kalam.
Mereka juga berkonsensus bahwa seseorang yang telah mengucapkannya pada waktu kecil (belum baligh) tidak harus memperbaharuinya ketika sudah baligh. Namun ia diperintahkan bersuci dan mengerjakan shalat ketika sudah baligh atau mumayyiz. Kewajiban mengucapkan dua kalimat syahadat harus di dahulukan daripada kewajiban shalat, tetapi ia sudah melaksanakannya ketika masih kecil.
Persoalan yang masih diperdebatkan oleh para ahli fiqih, "Orang yang telah mengerjakan shalat amalan-amalan khusus dalam Islam tetapi belum pernah mengucapkan dua kalimat syahadat, apakah sudah menjadi muslim ataukah belum? Pendapat yang paling shahih ia telah menjadi muslim dengan apa-apa yang menjadi kekhususan Islam.
Tauhid adalah yang pertama kali dimasukkan islam dengannya dan terakhir kali dikeluarkan dengannya dari dunia. Sebagaimana sabda Nabi r;
“Siapa yang akhir perkataannya: لا إله إلا الله, maka ia akan masuk syurga.”[1]
Menurut kalangan ulama salaf, syahadat mengandung perkataan orang yang bersaksi, bertanya, pemberitaan, dan penjelasannya. Hal ini memiliki empat tingkatan:
1. Ilmu, ma'rifah (pengetahuan) dan keyakinan akan benar dan tetapnya apa yang disaksikan. Syahadat pasti mengandung tingkatan ilmu. Kalau tidak, berarti dia menyaksikan sesuatu yang tidak dia ketahui. "Kecuali orang yang menyaksikan kebenaran sedangkan mereka mengetahuinya.' QS. Az-Zukhruf: 86.
2. Pembicaraannya tentang itu. Jika dia tidak memberitahukannya kepada orang lain tentu ia akan membicarakannya kepada dirinya, mengingatnya, menyebutnya atau menulisnya. Jika mereka tidak melafadzkan syahadat berarti tidak menunaikannya menurut yang lainnya.
3. Memberitahukan, menginformasikan dan menerangkan apa yang disaksikannya kepada orang lain. Tingkatan ini ada dua macam: dengan ucapan dan perbuatan.
4. Komitmen dengan kandungan syahadat dan apa yang diperintahkannya. Allah Ta’ala memberitahukan bahwa hanya Dia yang berhak atas ibadah, ini mengandung perintah kepada hamba-Nya dan melaksanakan apa yang menjadi hak Allah Ta’ala Ta'ala atas mereka. Pelaksanaan itu murni haknya Allah Ta’ala Ta'ala.
Sedangkan kesaksian Allah Ta’ala akan keesaan diri-Nya sendiri mengandung keempat tingkatan ini.
Allah Ta’ala Tidak Mengutus Seorang Nabi Pun Kecuali Ia Memiliki Tanda Yang Menunjukkan Kebenarannya
Dalil-dalilnya;
1. Nama-nama dan Sifat-Nya
Sifat "Al-Mukmin" Menurut salah seorang ahli tafsir: maknanya adalah membenarkan apa yang dibenarkan oleh para Rasul dengan menampakkan bukti-bukti kebenaran mereka.
Sifat "Asy-Syahid" Maknanya tiada sesuatu yang tersembunyi dari-Nya, Dia mengetahui segala sesuatu, menyaksikannya dan mengetahui segala perinciannya.
2. Kalam Allah;
Di antaranya, QS. Al-Hadid: 25
“Sesungguhnya kami Telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan Telah kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.”
3. Tanda-tanda di ufuk dan pada diri sendiri (ayat kauniyyah)
QS. Fushshilat: 53;
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?.”
Al-Hak adalah al-Qur'an. Allah mempersaksikan bahwa apa yang dibawa oleh Rasul-Nya adalah kebenaran.
4. Perbuatan dan makhluk-makhluk-Nya.
Bagaimana berdalil dengan nama-nama dan sifat-sifat allah ta’ala untuk menetapkan keesaan-nya ?
Allah Ta’ala telah mengaruniakan bagi fitrah yang tidak terkotori oleh penentangan, peniadaan, penyerupaan dan pemisalan bahwa Allah Ta’ala sempurna dalam Nama dan Sifat-Nya. Dia disifati dengan apa yang Dia dan Rasul-Nya sifatkan untuk diri-Nya dan apa yang tersembunyi dari hamba dari kesempurnaan-Nya lebih banyak dari pada yang mereka ketahui.
Kalau Allah Ta’ala Maha Menyaksikan segala sesuatu dan Maha Mengetahuinya, tidak ada satu biji yang di langit dan di bumi, yang nampak ataupun yang tersembunyi luput dari-Nya. Maka tidak selayaknya mereka menyekutukan-Nya, menyembah selain-Nya.
Al-Qur'an banyak menggunakan metode ini, yaitu metode orang-orang khusus (istimewa) Mereka berdalil dengan perbuatan Allah Ta’ala yang layak bagi-Nya untuk melakukannya atau tidak.
Asma' dan Sifat Allah Ta’ala juga bisa digunakan dalil untuk menetapkan keesaan-Nya sealigus untuk membatalkan kesyirikan. Sebagaimana dalam QS. Al-Hasyr: 23.
Tauhid ilahiyah adalah tauhid yang diserukan oleh para rasul. Sebagaimana pembahasan yang telah lalu, bahwa tauhid dibagi menjadi tiga bagian, bagian pertama adalah tauhid umum (rububiyyah), bagian kedua adalah tauhid khusus (uluhiyyah) dan bagian ketiga adalah tauhid yang lebih khusus lagi (tauhid asma' dan sifat).
¨ Para Nabi adalah manusia yang paling sempurna Tauhidnya.
¨ Para Rasul lebih sempurna tuhidnya dari pada para Nabi
¨ Rasul Ulul Azmi lebih sempurna dari mereka
¨ Khalilan (Ibrahin dan Muhammad) adalah yang paling sempurna tauhidnya.
Rasulullah saw disuruh untuk mengikuti Nabi Ibrahim, sebab keduanya telah menegakkan tauhid yang belum pernah ditegakkan oleh orang sebelumnya, serta tidak ada tauhid yang lebih sempurna daripada tauhidnya para rasul, oleh karena itu rasulullah diperintahkan untuk mengikuti jejak langkanya. Firman Allah :
" Mereka Itulah orang-orang yang Telah diberi petunjuk oleh Allah, Maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah: "Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (Al-Quran)." Al-Quran itu tidak lain hanyalah peringatan untuk seluruh ummat." (al An'am : 90)
Beliau juga mengajari umatnya untuk berdoa pada maktu pagi:
"Kita di pagi hari ini berada di atas fitrah Islam, kalimat ikhlas dan dien Nabi kita Muhammad dan agama bapak kita Ibrahim ynag lurus dan menyerahkan diri dan bukan termasuk orang yang berbuat syirik."
· Millah Ibrahim ialah tauhid.
· Dien Muhammad ialah apa yang datang dari sisi Allah Ta’ala, secara perkataan, perbuatan dan keyakinan hati.
· Kalimatul ikhlas adalah syahadat لا إله إلا الله
· Fithrah Islam ialah apa yang Allah Ta’ala fitrahkan (karuniakan) bagi hamba-hamba-Nya berupa kecintaan kepada-Nya, beribadah hanya kepada-Nya semata, menyerahkan diri kepada-Nya dalam bentuk ubudiyyah, ketundukan, kepatuhan dan inabah.
Dikutip; dari kitab Aqidah Thahawiyah
[1] . HR. Ibn Hibban, Abu Daus, Ahmad dan Thabrani.
Allah I berfirman dalam Qs. Ibrahim: 10, Al-Isra': 102, An-Naml: 14, Asy-Su’ara: 24-28. tauhid yang di dakwahkan oleh para Rasul dan diturunkan dengannya kitab-kitab ada dua macam: Tauhid dalam penetapan dan pengakuan, dan tauhid dalam memohon dan tujuan.
1. Tauhid yang pertama adalah penetapan dzat Rabb I, sifat, asma dan af’al-Nya yang tidak menyerupai sesuatu pun, seperti yang dikabarkan oleh-Nya tentang diri-Nya dan yang Rasul r kabarkan.
2. Tauhid thalab dan Qashd, seperti yang terkandung dalam Qs. Al-Kafirun, Ali-Imran: 64.
Al-Qur'an seluruhnya membicarakan tauhid, hak-haknya dan balasannya serta membicarakan tentang syirik, dan pelakunya serta balasan baginya.
Misalnya: Surat al-Fatihah:
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (2) الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (3) مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ (4) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (5)
Ini adalah ayat-ayat tentang tauhid.
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
Tauhid yang menerangkan permohonan petunjuk kepada jalannya ahli bertauhid yang Allah Ta’ala telah memberikan nikmat kepada mereka.
غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
Bukan jalannya orang-orang yang menyelisihi tauhid.
Pengarang mengatakan, “Kami menyatakan tentang tauhid kepada Allah I, berdasarkan keyakinan semata-mata berkat taufik Allah I. Sesungguhya Allah I itu Maha Tunggal tidak ada sekutu bagi-Nya.
Allah I berfirman dalam Qs. Al-A'raf : 59, 65, 73, dan 85, Qs. An-Nahl: 36, Qs. 21: 25.
Seluruh ulama salaf sepakat bahwa kewajiban pertama adalah mengucapkan dua kalimat syahadat, bukan meneliti atau yang lainnya, seperti yang disuarakan oleh para ahli kalam.
Mereka juga berkonsensus bahwa seseorang yang telah mengucapkannya pada waktu kecil (belum baligh) tidak harus memperbaharuinya ketika sudah baligh. Namun ia diperintahkan bersuci dan mengerjakan shalat ketika sudah baligh atau mumayyiz. Kewajiban mengucapkan dua kalimat syahadat harus di dahulukan daripada kewajiban shalat, tetapi ia sudah melaksanakannya ketika masih kecil.
Persoalan yang masih diperdebatkan oleh para ahli fiqih, "Orang yang telah mengerjakan shalat amalan-amalan khusus dalam Islam tetapi belum pernah mengucapkan dua kalimat syahadat, apakah sudah menjadi muslim ataukah belum? Pendapat yang paling shahih ia telah menjadi muslim dengan apa-apa yang menjadi kekhususan Islam.
Tauhid adalah yang pertama kali dimasukkan islam dengannya dan terakhir kali dikeluarkan dengannya dari dunia. Sebagaimana sabda Nabi r;
من كان أخر كلامه لا إله إلا الله دخل الجنة
“Siapa yang akhir perkataannya: لا إله إلا الله, maka ia akan masuk syurga.”[1]
Menurut kalangan ulama salaf, syahadat mengandung perkataan orang yang bersaksi, bertanya, pemberitaan, dan penjelasannya. Hal ini memiliki empat tingkatan:
1. Ilmu, ma'rifah (pengetahuan) dan keyakinan akan benar dan tetapnya apa yang disaksikan. Syahadat pasti mengandung tingkatan ilmu. Kalau tidak, berarti dia menyaksikan sesuatu yang tidak dia ketahui. "Kecuali orang yang menyaksikan kebenaran sedangkan mereka mengetahuinya.' QS. Az-Zukhruf: 86.
2. Pembicaraannya tentang itu. Jika dia tidak memberitahukannya kepada orang lain tentu ia akan membicarakannya kepada dirinya, mengingatnya, menyebutnya atau menulisnya. Jika mereka tidak melafadzkan syahadat berarti tidak menunaikannya menurut yang lainnya.
3. Memberitahukan, menginformasikan dan menerangkan apa yang disaksikannya kepada orang lain. Tingkatan ini ada dua macam: dengan ucapan dan perbuatan.
4. Komitmen dengan kandungan syahadat dan apa yang diperintahkannya. Allah Ta’ala memberitahukan bahwa hanya Dia yang berhak atas ibadah, ini mengandung perintah kepada hamba-Nya dan melaksanakan apa yang menjadi hak Allah Ta’ala Ta'ala atas mereka. Pelaksanaan itu murni haknya Allah Ta’ala Ta'ala.
Sedangkan kesaksian Allah Ta’ala akan keesaan diri-Nya sendiri mengandung keempat tingkatan ini.
Allah Ta’ala Tidak Mengutus Seorang Nabi Pun Kecuali Ia Memiliki Tanda Yang Menunjukkan Kebenarannya
Dalil-dalilnya;
1. Nama-nama dan Sifat-Nya
Sifat "Al-Mukmin" Menurut salah seorang ahli tafsir: maknanya adalah membenarkan apa yang dibenarkan oleh para Rasul dengan menampakkan bukti-bukti kebenaran mereka.
Sifat "Asy-Syahid" Maknanya tiada sesuatu yang tersembunyi dari-Nya, Dia mengetahui segala sesuatu, menyaksikannya dan mengetahui segala perinciannya.
2. Kalam Allah;
Di antaranya, QS. Al-Hadid: 25
لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ
“Sesungguhnya kami Telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan Telah kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.”
3. Tanda-tanda di ufuk dan pada diri sendiri (ayat kauniyyah)
QS. Fushshilat: 53;
سَنُرِيهِمْ آَيَاتِنَا فِي الْآَفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?.”
Al-Hak adalah al-Qur'an. Allah mempersaksikan bahwa apa yang dibawa oleh Rasul-Nya adalah kebenaran.
4. Perbuatan dan makhluk-makhluk-Nya.
Bagaimana berdalil dengan nama-nama dan sifat-sifat allah ta’ala untuk menetapkan keesaan-nya ?
Allah Ta’ala telah mengaruniakan bagi fitrah yang tidak terkotori oleh penentangan, peniadaan, penyerupaan dan pemisalan bahwa Allah Ta’ala sempurna dalam Nama dan Sifat-Nya. Dia disifati dengan apa yang Dia dan Rasul-Nya sifatkan untuk diri-Nya dan apa yang tersembunyi dari hamba dari kesempurnaan-Nya lebih banyak dari pada yang mereka ketahui.
Kalau Allah Ta’ala Maha Menyaksikan segala sesuatu dan Maha Mengetahuinya, tidak ada satu biji yang di langit dan di bumi, yang nampak ataupun yang tersembunyi luput dari-Nya. Maka tidak selayaknya mereka menyekutukan-Nya, menyembah selain-Nya.
Al-Qur'an banyak menggunakan metode ini, yaitu metode orang-orang khusus (istimewa) Mereka berdalil dengan perbuatan Allah Ta’ala yang layak bagi-Nya untuk melakukannya atau tidak.
Asma' dan Sifat Allah Ta’ala juga bisa digunakan dalil untuk menetapkan keesaan-Nya sealigus untuk membatalkan kesyirikan. Sebagaimana dalam QS. Al-Hasyr: 23.
Tauhid ilahiyah adalah tauhid yang diserukan oleh para rasul. Sebagaimana pembahasan yang telah lalu, bahwa tauhid dibagi menjadi tiga bagian, bagian pertama adalah tauhid umum (rububiyyah), bagian kedua adalah tauhid khusus (uluhiyyah) dan bagian ketiga adalah tauhid yang lebih khusus lagi (tauhid asma' dan sifat).
¨ Para Nabi adalah manusia yang paling sempurna Tauhidnya.
¨ Para Rasul lebih sempurna tuhidnya dari pada para Nabi
¨ Rasul Ulul Azmi lebih sempurna dari mereka
¨ Khalilan (Ibrahin dan Muhammad) adalah yang paling sempurna tauhidnya.
Rasulullah saw disuruh untuk mengikuti Nabi Ibrahim, sebab keduanya telah menegakkan tauhid yang belum pernah ditegakkan oleh orang sebelumnya, serta tidak ada tauhid yang lebih sempurna daripada tauhidnya para rasul, oleh karena itu rasulullah diperintahkan untuk mengikuti jejak langkanya. Firman Allah :
أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهِ قُلْ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرَى لِلْعَالَمِينَ
" Mereka Itulah orang-orang yang Telah diberi petunjuk oleh Allah, Maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah: "Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (Al-Quran)." Al-Quran itu tidak lain hanyalah peringatan untuk seluruh ummat." (al An'am : 90)
Beliau juga mengajari umatnya untuk berdoa pada maktu pagi:
أَصْبَحْنَا عَلَى فِطْرَةِ الإِسْلاَمِ وَكَلِمَةِ الإِخْلاَصِ وَدِيْنِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَمِلَّةِ أَبِيْنَا إِيْرَاهِيْمَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
"Kita di pagi hari ini berada di atas fitrah Islam, kalimat ikhlas dan dien Nabi kita Muhammad dan agama bapak kita Ibrahim ynag lurus dan menyerahkan diri dan bukan termasuk orang yang berbuat syirik."
· Millah Ibrahim ialah tauhid.
· Dien Muhammad ialah apa yang datang dari sisi Allah Ta’ala, secara perkataan, perbuatan dan keyakinan hati.
· Kalimatul ikhlas adalah syahadat لا إله إلا الله
· Fithrah Islam ialah apa yang Allah Ta’ala fitrahkan (karuniakan) bagi hamba-hamba-Nya berupa kecintaan kepada-Nya, beribadah hanya kepada-Nya semata, menyerahkan diri kepada-Nya dalam bentuk ubudiyyah, ketundukan, kepatuhan dan inabah.
Dikutip; dari kitab Aqidah Thahawiyah
[1] . HR. Ibn Hibban, Abu Daus, Ahmad dan Thabrani.
Kata Mutiara
Sahabat adalah keperluan jiwa yang mesti dipenuhi.
Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau subur dengan penuh rasa terima kasih.
Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu. Kerana kau menghampirinya
saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa memerlukan kedamaian.
Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau subur dengan penuh rasa terima kasih.
Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu. Kerana kau menghampirinya
saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa memerlukan kedamaian.
Posting Komentar