IBRAHIM BIN ADHAM

Diposting oleh Ahsanul Huda

Dia adalah raja di Balkh satu wilayah yang masuk dalam kerajaan Khurasan, menggantikan ayahnya yang baru mangkat.

Sebagaimana umumnya kehidupan para raja, Ibrahim bin Adham juga bergelimang kemewahan. Setiap kali keluar istana ia selalu di kawal 80 orang pengawal.

Ketika hatinya merasakan kedekatan dengan sang ilahi semakin memudar, istananya yang megah ia tinggalkan dan tanpa seorang pengawal ia berjalan kaki menyongsong kehidupan barunya.

Pernah satu ketika, Ibrahim kehabisan bekal. Untungnya, ia bertemu dengan seorang kaya yang membutuhkan penjaga untuk kebun delimanya yang sangat luas.

Suatu hari, pemilik kebun minta dipetikkan buah delima. Ibrahim melakukannya, tapi pemilik kebun malah memarahinya karena delima yang diberikannya rasanya asam. “Apa kamu tidak bisa membedakan buah delima yang manis dan asam,” tegumya. “Aku belum pernah merasakannya, Tuan,” jawab Ibrahim. Pemilik kebun menuduh Ibrahim berdusta. Ahirnya dia dipecat dari pekerjaanya kemudian pergi.

Di perjalanan, ia menjumpai seorang pria sedang sekarat karena kelaparan. Buah delima tadi pun diberikannya. Sementara itu, tuannya terus mencarinya karena belum membayar upahnya. Ketika bertemu, Ibrahim meminta agar gajinya dipotong karena delima yang ia berikan kepada orang sekarat tadi. “Apa engkau tidak mencuri selain itu?” tanya pemilik kebun. “Demi Allah, jika orang itu tidak sekarat, aku akan mengembalikan buah delimamu,” tegas Ibrahim.

Setahun kemudian, pemilik kebun mendapat pekerja baru. Dia kembali meminta dipetikkan buah delima. Tukang baru itu memberinya yang paling manis. Pemilik kebun bercerita bahwa ia pernah memiliki tukang kebun yang paling dusta karena mengaku tak pernah mencicipi delima, minta dipotong upahnya untuk buah delima yang ia berikan kepada orang kelaparan itu. “Betapa dustanya dia,” kata pemilik kebun.

Tukang kebun yang baru lantas berujar, “Demi Allah, wahai majikanku. Akulah orang yang kelaparan itu. Dan tukang kebun yang engkau ceritakan itu dulunya seorang raja yang lantas meninggalkan istananya karena zuhud.” Pemilik kebun pun menyesali tindakannya, “Celaka, aku telah menyia-nyiakan kekayaan yang tak pernah aku temui.”

Dari kisah di atas bisa kita ambil pelajaran bahwa tidak semua kekuasaan dan kegelimangan harta selalu membawa pemiliknya kepada ketaqwaan kepada Allah bahkan sebaliknya. Hal inilah yang membuat Ibrahim bin Adhm meninggalkan kekuasaan dan hartanya demi menyambut ridha-Nya.

Perancis dan Inggris desak pendukung Gaddafi turunkan sang diktator

Diposting oleh Ahsanul Huda

LONDON (Arrahmah.com) - Perancis dan Inggris, dua negara yang membesarkan sang diktator Libya Muammar Gaddafi selama lebih dari empat dekade, pada Senin (28/3/2011) mendesak agar para pendukung Gaddafi menjatuhkannya "sebelum semuanya terlambat" dan meminta seluruh rakyat Libya menentangnya.

"Gaddafi harus segera hengkang," tukas presiden Perancis Nicholas Sarkozy dan perdana menteri Inggris David Cameron, dalam deklarasi bersama yang dilaksanakan kemarin (28/3).

KEUTAMAAN SHADAQAH

Diposting oleh Ahsanul Huda

     Secara harfiyah, shadaqah berasal dari kata shadaqa yang artinya benar. Shadaqah adalah pemberian atau perlakukan baik dari seorang muslim kepada orang lain secara sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlahnya sebagai bentuk kebajikan dalam rangka mengharap ridha Allah Swt. Dari penjelasan ini, dapat kita pahami bahwa shadaqah sebagai bukti kebenaran iman dalam berbagai bentuk perbuatan baik, hal ini karena iman harus selalu dibuktikan dengan amal shaleh atau amal yang baik sehingga setiap kebaikan yang dilakukan seorang muslim adalah shadaqah, Rasulullah Saw bersabda:

كُلُّ مَعْرُوْفٍ صَدَقَةٌ
“Tiap perbuatan baik adalah Shadaqah” (HR. Baihaqi)