KEUTAMAAN SHADAQAH

Diposting oleh Ahsanul Huda Minggu, 27 Maret 2011

     Secara harfiyah, shadaqah berasal dari kata shadaqa yang artinya benar. Shadaqah adalah pemberian atau perlakukan baik dari seorang muslim kepada orang lain secara sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlahnya sebagai bentuk kebajikan dalam rangka mengharap ridha Allah Swt. Dari penjelasan ini, dapat kita pahami bahwa shadaqah sebagai bukti kebenaran iman dalam berbagai bentuk perbuatan baik, hal ini karena iman harus selalu dibuktikan dengan amal shaleh atau amal yang baik sehingga setiap kebaikan yang dilakukan seorang muslim adalah shadaqah, Rasulullah Saw bersabda:

كُلُّ مَعْرُوْفٍ صَدَقَةٌ
“Tiap perbuatan baik adalah Shadaqah” (HR. Baihaqi)
     Shadaqah menjadi bukti dari kebenaran iman seseorang, maka setiap kita yang telah mengaku sebagai muslim harus bershadaqah sesuai dengan potensi dan kemampuan masing-masing. Bahkan, melakukannya harus sesegera mungkin dalam arti jangan suka ditunda-tunda. Hal ini karena bisa jadi kita tidak sempat lagi bershadaqah karena sudah wafat, apalagi soal kapan kita mati sama sekali tidak ada diantara kita yang mengetahuinya.

      Ada banyak kisah tentang bagaimana para sahabat berlomba-lomba dalam berhadaqah. Diantaranya, suatu ketika Rasulullah saw mengumpulkan para sahabat di suatu tempat, tidak semua sahabat tahu untuk maksud apa mereka dikumpulkan. Ternyata Rasulullah Saw menyatakan bahwa kita harus berjuang dan perjuangan itu memerlukan dana. Maka sahabat yang membawa uang memberikan uangnya di tengah-tengah majelis, sedangkan yang tidak membawa uang mengatakan apa yang mau mereka berikan, bahkan sampai ada yang mengatakan mau memberikan seperempat, setengah, sepertiga, dan sebagainya. Semua memberikan dan semua menyatakan apa yang mau mereka berikan. Tapi Nabi juga memperhatikan, ada satu sahabat yang Nabi tahu bahwa hartanya banyak tapi ia belum memberikan dan belum mengatakan sesuatu. Beliau kemudian bertanya: "Wahai Abu Bakar, semua sahabat telah memberikan harta atau mengatakan apa yang mereka mau  berikan, mengapa engkau belum?".
      Sebenarnya Abu Bakar mau memberikan, tapi ia tidak mau mengatakan, namun karena Rasulullah saw bertanya iapun menjawab: "Saya akan memberikan semua uang yang saya miliki?".

     Mendengar hal itu, Rasulullah saw agak terkejut  padahal yang dituntut tidak sebanyak itu, beliau kemudian bertanya: "Untuk kamu sekeluarga apa bila semua hendak disedekahkan?".

      Abu Bakar kemudian menjawab:  "Untuk kami cukup Allah dan Rasul-Nya".

      Ini menunjukkan sikap mental dari Abu Bakar yang sangat optimis, apalagi ia seorang pedagang yang sukses sehingga bila hartanya habis, besok ia masih bisa berdagang dan memperoleh keuntungan, sedangkan modal kepercayaan orang lain jauh lebih penting daripada modal uang.
     Keharusan untuk segera bershadaqah juga ditegaskan oleh Rasulullah Saw dalam haditsnya yang lain sehingga jangan sampai seseorang baru mau shadaqah ketika ruh sudah sampai di tenggorokan, beliau bersabda:

قَالَ رَجُلٌ,  يَارَسُوْلَ اللهِ, اَيُّ الصَدَقَةِ أَعْظَمُ أَجْرًا؟ قَالَ اَنْْ تَصَدَّقَ وَاَنْتَ صَحِيْحٌ شَحِيْحٌ تَخْشَى الْفَقْرَ وَتَأْمُلُ الْغِنَى وَلاَ تُمْهِلْ حَتَّى اِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُوْمَ قُلْتَ لِفُلاَنٍ كَذَا وَ لِفُلاَنٍ كَذَا
“Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah Saw: "shadaqah yang bagaimana yang paling besar pahalanya?". Nabi Saw menjawab: "saat kamu shadaqah, hendaklah kamu sehat dan dalam kondisi pelit serta saat kamu takut melarat tapi mengharap kaya. Jangan ditunda sehingga ruhmu di tenggorokan baru kamu berkata untuk Fulan sekian dan untuk Fulan sekian” (HR. Bukhari).
      Bershadaqah bahkan tetap harus dilakukan atau diberikan meskipun kepada keluarga yang membenci kita, ini menunjukkan bahwa shadaqah yang kita lakukan adalah karena Allah Swt, bukan karena kepada siapa kita harus bershadaqah, Rasulullah Saw bersabda:
 أَفْضَلُ الصَدَقَةِ عَلَى ذِى الرَّحِمِ الْكَاشِحِ
“Shadaqah yang paling utama adalah yang diberikan kepada keluarga dekat yang bersikap memusuhi” (HR. Thabrani dan Abu Daud).

     Shadaqah memiliki banyak keutamaan dengan nilai yang besar dalam pandangan Allah Swt dan Rasul-Nya, diantaranya:

    Pertama, Shadaqah dan berinfak di jalan Allah swt yang dikerjakan oleh setiap muslim akan diganjar Allah 10 kali lipat sampai 700 kali lipat. Allah swt berfirman:
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِئَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir, seratus biji, Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (Karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui" (QS. Al-Baqarah:261).

      Shadaqah termasuk ibadah yang bermanfaat bagi si pelaku dan objek yang menerima Shadaqah tersebut. Shadaqah itu tidak mengurangi harta, bahkan harta yang dishadaqahi akan membawa berkah. Hal itu dipraktekan oleh Rasulullah saw seperti yang diriwayatkan oleh Hakim bin Hizam bahwa Rasulullah saw itu senang bershadaqah tetapi beliau tidak mau menerima shadaqah. Banyak orang masuk Islam karena pemberian dari Rasulullah saw. Tetapi Annas bin Malik melaporkan bahwa mereka masuk Islam di pagi hari disebabkan oleh dunia, di sore hari mereka telah berubah, dan justru mengeluarkan hartanya di jalan Allah SWT.

    Kedua, dapat menghindarkan seseorang dari Neraka meskipun hanya sedikit yang bisa dishadaqahkannya, bukan karena kikir tapi memang ia tidak mampu bershadaqah dalam jumlah yang banyak, bahkan seandainya ia tidak punya apa-apa iapun bisa melakukannya dengan berbicara yang baik, Rasulullah Saw bersabda:
إِتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ فَاِنْ لَمْ تَجِدُوا فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ
“Jauhilah neraka walaupun hanya dengan (Shadaqah) sebiji kurma, kalau kamu tidak menemukan sesuatu, maka  dengan omongan yang baik” (HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim).
     Ketiga, memperoleh pahala yang besar, bahkan bila shadaqahnya dalam bentuk wakaf, maka pahalanya bisa terus mengalir meskipun pelakunya sudah wafat, Rasulullah Saw bersabda:
اِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ اِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْلَهُ
“Apabila anak Adam wafat, putuslah amalnya kecuali tiga hal, yakni Shadaqah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan dan anak shaleh yang mendo'akannya”. (HR. Muslim)

     Keempat, dapat mendatangkan rizki sebagai balasan langsung dari Allah swt atas shadaqah yang dikeluarkannya. Rasulullah Saw bersabda:
اِسْتَنْزِلُوا الرِّزْقَ بِالصَدَقَةِ
“Turunkanlah (datangkanlah) rezkimu (dari Allah) dengan mengeluarkan Shadaqah”. (HR. Baihaqi).

      Kelima, Shadaqah menjadi naungan bagi yang melakukannya pada hari kiamat, sehingga kebaikan yang dilakukan seseorang dalam hidupnya di dunia ini akan menjadi penolong baginya dalam kehidupan di akhirat kelak. Rasulullah Saw bersabda:
ظِلُّ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ صَدَقَتُهُ
“Naungan bagi seorang mu'min pada hari kiamat adalah shadaqahnya” (HR. Ahmad).
     Nabi Muhammad saw mengingatkan bahwa manusia senang membanggakan hartanya, sementara yang dapat ia nikmati hanya sedikit; barang yang dipakai akan usang, makanan yang dimakan menjadi sari dan kotoran, dan yang dishadaqahkan di jalan Allah, itu saja yang tertinggal dan bermanfaat (HR. Muslim).
Alangkah beruntungnya orang yang mengerti terhadap amanat harta yang diembanya, sehingga dia tidak berkeberatan untuk menyalurkannya di jalan Allah, itulah harta yang berkah.


0 komentar

Posting Komentar