MU'JIZAT ISRA' DAN MI'RAJ

Diposting oleh Ahsanul Huda Rabu, 12 Mei 2010

Oleh : Ahsanul Huda

 Ketika Nabi saw berada pada marhalah di mana dakwahnya menerobos jalan antara kesuksesan dan penindasan maka terjadilah '' Isra Mi'raj. Para ulama sirah Rasul sering mengungkapkan bahwa peristiwa Isra` dan Mi`raj itu merupakan salah satu bentuk atau cara Allah SWT untuk menghibur hamba-Nya, Muhammad SAW yang pada saat itu sedang menghadapi tekanan dan penderitaan luar biasa.

Para ahli sirah mencatat bahwa masa sebelum peristiwa Isra' Mi'raj itu memang sangat menyedihkan dan mengharukan secara pribadi bagi Rasulullah SAW dan juga umat Islam saat itu.

Itulah mengapa Rasulullah SAW menamakan tahun itu sebagai tahun duka cita. Karena di tahun itu dua orang yang paling disayang beliau serta menjadi tulang punggung perjuangan dakwah telah wafat. Pertama Abu Thalib yang meski tidak sempat masuk Islam, namun peranan beliau terhadap perjalanan dakwah tidak bisa dikecilkan. Bahkan Rasulullah SAW pun menungguinya hingga wafat dan masih berharap Abu Thalib masuk Islam.

Yang kedua adalah istri tercinta yaitu Khajijah ra yang selama ini telah menjadi penghibur dan menjadi pelipur lara. Bahkan harta beliau pun selalu menjadi asset dakwah yang sangat berguna.

Saat itu Rasulullah SAW memutuskan untuk berhijrah ke Thaif dengan harapan bisa mendapatkan pengikut. Namun bukannya sambutan yang beliau terima tapi justru sambitan batu dan kotoran hewan. Pada saat itu Rasulullah SAW berlari masuk ke sebuah kebun anggur bersama Zaid yang mendampinginnya. Kerja dakwah beliau saat itu betul-betuk stock dan tanpa harapan sama sekali. Ketika itulah beliau memanjatkan doa dan mengadukan nasibnya kepada Allah SWT dengan sedemikian mengharukan.

Rupanya doa beliau ini dijawab oleh Allah SWT dengan sebuah 'hadiah' menarik berupa perjalanan ke langit menemui sekian banyak para nabi dan rasul terdahulu. Dimana beliau mendapat sambutan yang hangat dari mereka semua dan dijadikan sebagai pemuka para nabi. Bahkan kepada beliau juga diperlihatkan surga dan neraka. Sampai akhirnya Rasulullah SAW sampai ke sidratil muntaha dimana tak seorang makhluq pun diizinkan masuk termasuk Jibril AS. Disanalah Rasulullah SAW mendapatkan perintah untuk shalat lima waktu.

Jadi perjalanan satu malam yang menempuh jarak tak terhingga itu selain urusan menerima perintah shalat, juga merupakan sebuah penghibur dan pelipur lara Rasulullah SAW. Selain juga sebagai isyarat kemenangan yang akan segera didapat dengan mulai tersiarnya dakwah Islam di Madinah setelah kepulangan beliau dari perjalanan ini. Karena tidak lama kemudian, Islam mulai tersiar di Madinah dan mendapat tempat yang baik disana bahkan menjadi ibu kota Islam di tahun berikutnya.  

A. Definisi

Isra' adalah perjalanan Rosulullah shalallahu 'alaihi wasalam dari masjidil Haram di Makkah  menuju Masjidil Aqsho di Al Quds, Palestina. Mi'raj  adalah peristiwa naiknya Rasulullah menembus lapisan langit tertinggi sampai batas yang tidak dapat dijangkau oleh ilmu semua makhluk, malaikat, manusia dan jin. Semua itu ditempuh dalam sehari semalam.

Ibnul Qoyyim berkata :'' ( pendapat yang paling shahih ):Rasul di Isra'kan denagn jasadnya dari masjidil Haram ke baitul Maqdis dengan naik Buraq di temani malaikat jibril beliau berhenti di sana dan shalat mengimanai para nabi dan mengikat tali buraq di tiang pintu masjid.[1]

B. Waktunya

Terjadi silang pendapat tentang terjadinya mu'jizat ini. Apakah pada tahun kesepuluh kenabian atau sesudahnya.[2]

1.      Pada tahun di mana Allah swt memuliakan dengan Nubuwah (Ath-Thabary)

2.      5 tahun setelah beliau di angkat menjadi nabi (An-Nawawy dan Al-Qurthubi)

3.      malam 20 rajab tahun ke-10 dari Nubuwah. (Allamah Al-Mashurfury)

4.      16 bulan sebelum Hijrah

5.      1th 2 bulan sebelum hijrah

6.      1 th sebelum hijrah

7.      Menurut Ibnu Sa'ad dalam Thobaqotnya, peristiwa ini terjadi delapan belas bulan sebelum hijrah.

Pendapat yang rajih adalah pendapat ke-4-6 karena alur surat al-Isra menununjukan terjadi pada sa'at akhir sekali .

C. Sekilas Kronologi Terjadinya Peristiwa

Dikisahkan dalam shoheh Bukhari dan Muslim, bahwa Rasulullah menunggang Buraq  yakni satu jenis binatang yang lebih besar sedikit dari keledai dan lebih kecil sedikit dari onta. Binatang ini berjalan dengan langkah sejauh mata memandang. Nabi masuk ke dalam Masjidil Aqsho, lalu sholat dua rakaat. Setelah itu datang Malaikat Jibril dengan membawakan segelas khomer dan segelas air susu. Lalu Nabi memilih susu. Kemudian beliau naik ke langit pertama, kedua, ketiga dan seterusnya sampai ke sidratul muntaha. Kemudian Allah mewahyukan apa yang harus diwahyukan, diantaranya adalah kewajiban sholat lima waktu atas kaum  muslimin dimana pada awalnya sebanyak lima puluh kali dalam sehari semalam.

Dalam perjlanan ini Nabi melihat dan mengalami kejadian yang berfariasai:

1.      Di Tawari susu dan khamar,beliau memilih susu .di katakan'' engkau telah memilih yang fithrah''

2.      Melihat 4 surga dua terbuka dan dua lagi tertutup, 2 yang terbuka yaitu : Nil dan efrat ,menunjukan da'wah nabi sampai di sana.

3.      Melihat penjaga neraka,tidak kenal senyum.beliau juga melihat Syurga dan Neraka.

Kemudian pada malam itu pula ia di naikkan ke Langit dunia rinciannya :

1.      Pada langit pertama bertemu denagn Adam as dan Allah swt memperlihatkan arwah para Syuhada di sebelah kanannnya dan arwah orang celaka di sebelah kirinya

2.      Bertemu dengan yahya bin zakariya dan isa bin maryam ( langit kedua)

3.      langit ke-3 bertemu dengan yusuf as

4.      langit ke-4 bertemu dengan idris as

5.      langit ke-5 bertemu dengan Harun Bin Imran as

6.      Langit ke-6 bertemu denagn Musa bin Imran as.. Setelah beliau melewatinya Musa menagis ketika di tanya kenapa menagis musa menjawab: aku menagis karena ada seseorang di utus sesudah ku,Umatnya masuk surga lebih banyak dari pad uamtku

7.      langi ke-7 bertemu dengan Ibrahim As,

lalu di naikan ke Sidratul Muntaha dan di perlihatkan baitul ma'mur . lalu di naikan ke Al-jabar jallalah

Allah mendekat kepada beliau mewahyukan dan mewajibkan Shalat 50 kali .beliau turun hingga ke langit ke-6 bertemu dengan Nabi Musa .Musa bertanya :'' Apa yang dio pewrintahkan Rabmu ? jawab Nabi : '' Shalat 50 kali '' Musa berkata '' umatmu tidak akan mampu melaksanaklan hal itu ,kembalilah kepada Rabmu dan mintalah keringanan untuk Umatmu.

Jumalah Ruhsah di kurangi 10 di kurangi 10 – hingga berakhir menjadi bilangan 5x ( waktu). Musa as masih memerintahkan beliau .Beliau berkata:" aku malu terhadap Rabku ,Aku ridha dan mewnerima setrelah itu terdengar "engkau telah melakdanakan kewajiban dariku dan meringankan umatku''

Keesokan harinya Rosul sampaikan apa yang disaksikannya kepada penduduk Makkah. Tapi oleh kaum Musyrikin beritan ini didustakan dan ditertawakan. Sehingga sebagian mereka menantang Rasul untuk menggambarkan Baitul maqdis, jika benar ia telah pergi dan lakukan sholat di dalamnya. Kemudian Allah memperlihatkan di depannya bentuk dan gambar Baitul Maqdis, sehingga beliau dapat menjelaskan pada mereka dengan jelas.

Berita ini dikabarkan pada Abu Bakar, dengan tujuan ia akan menolaknya. Akan tetapi sebaliknya Abu Bakar menjawab, : "Jika memang benar dari Muhamad yang menyampaikannya, maka ia telah berkata benar, dan sungguh aku akan membenarkannya lebih dari itu."

Pada pagi dari malam isra itu Jibril datang pada Rasulullah mengajarkan tata cara sholat dan waktu-waktunya. Sebalumnya Rasulullah melakukan sholat dua rakaat pagi dan sore, sebagaimana dilakukan oleh nabi Ibrahim as.[3]

Pendapat nabi  Melihat Allah

Ibnu taimiyyah ;''melihat dengan mata tidak ada dalil yang menyebutkan, para sahabat tidak ada yang berpendapat yang demikian.

Di nukil dari Ibnu Abbas '' melihat mutlak dan dengan hati,pendapat pertama tidak menafikan pendapat yang kedua .[4]

D. Ibrah Atau Pelajaran Yang Bisa Diambil

   1. Mu'jizat-mu'jizat itu bukanlah hal yang bisa menghantarkan seseorang pada keimanan, sungguh kaum Kafir Quraisy telah melihat tanda-tanda kebesaran (Allah) tapi mereka tidak beriman.
   2. Penetapan Isra dan Mi'raj, dan penetapannya itu berdasarkan Al Kitab, As sunnah dan Ijma'. Isra' dan Mi'raj itu terjadi dengan ruh dan jasad bersamaan.
   3. Keutamaan Abu Bakar dan sebab di beri laqob dengan ash shiddiq. Allah ridho padanya dan iapun ridho padaNya.[5]
   4. Kedudukan Mukjizat Isra' dan Mi'raj daintara peristiwa-peristiwa yang dislami Rasulullah saw pada waktu itu. Isra Mi'raj sebagai penghormatan dari Allah, dan penyegaran semangat dan ketabahannya. Di samping sebagai bukti bahwa apa yang baru dialaminya dalam perjalanan hijrah ke Tha'if bukan karena Allah murka atau melepaskannya, tetapi hanya merupakan sunnatullah yang harus berlaku pada para kekasihnya. Sunnah dakwah Islamiyah pada setiap masa dan waktu.
   5. Makna yang terkandung dalam Isra' ke Baitul Maqdis. Berlangsungnya perjalanan Isra' ke Baitul Maqdis dan Mi'raj ke langit tujuh dalam rentang waktu yang hampir bersamaan menunjukkan betapa tinggi dan mulia kedudukan Baitul Maqdis di sisi Allah. Juga merupakan bukti nyata akan adanya hubungan yang sangat erat  antara ajaran Isa as dan ajaran Muhammad saw. Ikatan agama yang satu yang diturunkan Allah kepada para Nabi as.Peristiwa ini juga memberikan isyarat bahwa kaum muslimin di setiap tempat dan waktu harus menjaga dan melindungi Rumah Suci (Baitul Maqdis) ini dari keserakahan musuh-muduh Islam.
   6. Pilihan Nabi saw terhadap minum susu, ketika Jibril menawarkan dua jenis minuman, susu dan khamar, merupakan isyarat secara simbolik bahwa Islam adalah agama fitrah. Yakni agama yang aqidah dan seluruh hukumnya sesuai dengan tuntutan fitrah manusia. Di dalam Islam tidak ada sesuatupun yang bertentangan denagan tabiat manusia. Seandainya fitrah berbentuk jasad, niscaya Islam akan menjadi bajunya yang pas.Faktor inilah yang menjadi rahsia mengapa Islam begitu cepat tersebar dan diterima manusia. Sebab betapapun tingginya budaya dan peradaban manusia, dan betapapun manusia mereguk kebahagiaan material, tetapi ia akan tetap cenderung ingin melepaskan segala bentuk beban dan ikatan-ikatan yang jauh dari tabiatnya. Dan Islam adalah satu-satunya sistem yang dapat memenuhi semua tuntutan fitrah manusia.
   7. Jumhur ulama baik salaf maupun khalaf, telah sepakat bahwa Isra' dan Mi'raj dilakukan dengan jasad dan ruh Nabi saw. Imam Nawawi berkata dalam Syarh Muslim, "Pendapat yang benar menurut kebanyakan kaum Muslim, ulama salaf, semua fuqoha, dengan jasad dan ruhnya. Semua nash menunjukkan hal ini, dan tidak boleh ditakwilkan dari dzahirnya, kecuali dengan dalil."[6]Mengenai bagaimana mu'jizat ini berlangsung, dan bagaimana akal dapat menggambarkannya, maka sesungguhnya mu'jizat ini tidak jauh berbeda dari mu'jizat alam semesta dan kehidupan ini !
   8. Ketika membahas kisah Isra dan Mi'raj ini, hati-hatilah dan jauhkanlah dari apa yang disebut dengan "Mi'raj Ibnu Abbas." Buku ini berisi kumpulan cerita palsu yang tidak memilki sandaran sama sekali. Penulisnya telah berdusta besar atas nama Ibnu Abbas.[7]
   9. Isra as di lakukan dari masjidil haram ke abitul maqdis ,karena orang-orang yahudi akandi geser dari jabatan kepimpinan umat manusia.ketika mereka melakukan berbagai tindaka kejahatan .in mengandung isyarat akan mendapat temapt berlindung bagi penyebaran dakwah ke seluruh penjuru dunia.[8]

E. Hukum Memperingati Isra & Mi`raj

Setiap tanggal 27 di bulan Rajab kaum muslimin biasa menyelenggarakan acara keagamaan yaitu Isra dan Miraj. Benarkah Isra dan Miraj tersebut terjadi pada saat tersebut ? Bolehkah kita memperingatinya ?

Mari kita simak fatwa seorang Ulama Ahlus Sunnah, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Bazz -rahimahullah- seputar masalah ini.

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Rasullah SAW, keluarga dan para shahabatnya.

Amma Ba’du,

Tidak diragukan lagi, bahwa Isra’ & Mi’raj merupakan tanda dari Allah yang menunjukkan atas kebenaran Rasul-Nya Muhammad SAW dan keagungan kedudukannya di sisi Tuhannya, selain juga membuktikan atas kehebatan Allah dan kebesaran kekuasaan-Nya atas semua makhluk.

Firman Allah :

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Surat al-Isra' : 01)

Diriwayatkan dari Rasulullah SAW bahwasanya Allah telah menaikkannya ke langit, dan pintu-pintu langit itu terbuka untuknya, hingga beliau sampai ke langit yang ke tujuh, kemudian beliau diajak bicara oleh Tuhan serta diwajibkan shalat lima waktu, yang semula diwajibkan lima puluh waktu, tetapi Muhammad kembali kepadanya minta keringanan, sehingga dijadikannya lima waktu; namun demikian, walau yang diwajibkan lima waktu saja tetapi pahalanya tetap seperti yang lima puluh waktu, karena perbuatan baik itu (al-hasanah) akan dibalas dengan sepuluh kali lipat. Kepada Allah-lah kita ucapkan puji dan syukur atas segala nikmat-Nya.

Tentang malam saat diselenggarakannya Isra’ & Mi’raj itu belum pernah diterangkan ketentuannya (kapan kejadiannya-pen) oleh Rasulullah SAW, jikalau ada ketentuannya maka itupun bukan dari Rasulullah SAW, menurut para ahli ilmu. Hanya Allah yang mengetahui akan hikmah kelalaian manusia.

Seandainya ada (hadits) yang menetapkan kapan kejadian malam Isra’ & Mi’raj , tetaplah tidak boleh bagi kaum muslimin untuk mengkhususkannya dengan ibadah-ibadah tertentu, selain juga tidak boleh mengadakan upacara perkumpulan apapun, karena Rasulullah SAW dan para sahabatnya tidak pernah mengadakan upacara-upacara seperti itu dan tidak pula mengkhususkan suatu ibadah apapun pada malam tersebut. Juka peringatan malam tersebut disyari’atkan, pasti Rasulullah SAW menjelaskannya kepada ummat baik melalui ucapan maupun perbuatan. Jika pernah dilakukan oleh beliau, pasti diketahui dan masyhur, dan tentunya akan disampaikan oleh para sahabat kepada kita, karena mereka telah menyampaikan apa-apa yang dibutuhkan ummat manusia dari Nabinya, mereka (para sahabat) belum pernah berlebih-lebihan sedikitpun dalam masalah agama, bahkan merekalah orang-orang pertama kali melakukan kebaikan setelah Rasulullah SAW, Maka jikalau upacara peringatan malam Isra’ & Mi’raj ada tuntunannya, niscaya para sahabat akan lebih dahulu menjalankannya.

Nabi Muhammad adalah orang yang paling banyak memberi nasehat kepada manusia, beliau telah menyampaikan risalah kerasulannya sebaik-baik penyampaian dan menjalankan amanat Tuhan-nya dengan sempurna. Oleh karena itu jika peringatan malam Isra’ & Mi’raj dan pengagungannya itu dari Agama Allah, tentu tidak akan dilupakan dan disembunyikan oleh Rasulullah SAW, tetapi karena hal itu tidak ada jelaslah bahwa upacara dan pengagungan malam tersebut bukan dari ajaran Islam sama sekali. Allah telah menyempurnakan agama-Nya bagi ummat ini, mencukupkan nikmat-Nya kepada mereka dan mengingkari siapa saja yang berani mengada-adakan sesuatu hal dalam agama, karena cara tersebut tidak dibenarkan oleh Allah.

Allah berfirman :

“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan Aku ridho Islam sebagai agama bagimu.” (Surat Al-Maidah:03)

Allah berfirman pula :

“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyari’atkan untuk mereka agama yang tidak diridhoi Allah? Sekiranya tidak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang zhalim itu akan memperoleh adzab yang pedih.” (Q.S. 42:21)

Dalam hadits-hadits shahih Rasulullah SAW telah memperingatkan kita agar kita waspada dan menjauhkan diri dari perbuatan bid’ah, dan dijelaskan bahwa bid’ah itu sesat, sebagai suatu peringatan bagi ummatnya sehingga mereka menjauhinya dan tidak mengerjakannya, karena bid’ah itu mengandung bahaya yang sangat besar.

Dari A’isyah ra. dari Nabi SAW bahwasanya beliau bersabda :”Barangsiapa mengada-adakan suatu perbuatan (dalam agama) setelahku, yang belum pernah ada, maka tidak akan diterima.” (H.R. Bukhari)

Dalam riwayat Muslim : “Barangsiapa mengerjakan suatu perbuatan yang belum kami perintahkan, maka ia tertolak.”

Dari Jabir ra. berkata : Bahwasanya Rasulullah SAW pernah bersabda dalam khutbah Jum’at : “Amma Ba’du, Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitab Allah (Al-Qur’an), dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad SAW dan sejahat-jahatnya perbuatan (dalam agama) ialah yang diada-adakan, dan setiap bid’ah (yang diada-adakan) itu adalah sesat.” (H.R. Muslim)

Dalam kitab-kitab Sunan, diriwayatkan dari Irbadh bin Saariyah ra. bahwasanya ia pernah berkata : “Rasulullah SAW pernah menasehati kami dengan nasehat yang mantap, (jika kita mendengarnya) hati kita akan bergetar dan air mata akan berlinang. Maka kami berkata kepadanya,”Wahai Pesuruh Allah, seakan-akan nasehat ini seperti nasehat orang yang akan berpisah, maka berlah kami wasiat.” Selanjutnya Rasulullah SAW bersabda: “Aku wasiatkan kepada kamu sekalian agar selalu bertaqwa kepada Allah, mendengarkan dan menta’ati (perintah-Nya), walaupun yang memerintahkan kamu itu (berasal dari) seorang hamba. Sesungguhnya barangsiapa diantara kamu yang berumur panjang (sampai pada suatu masa), maka akan menjumpai banyak perselisihan, maka (ketika itu) kamu wajib berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah khulafaarrasyidin yang telah mendapat petunjuk sesudahku, pegang dan gigitlah dengan gigi gerahamu sekuat-kuatnya. Dan sekali-kali jangan mengada-ada hal-hal baru (dalam agama), karena setiap hal baru itu adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.”

Dan masih banyak lagi hadits-hadits lain yang semakna dengan hadits ini. Para sahabat dan ulama shalih telah memperingatkan kita agar waspada terhadap perbuatan bid’ah serta menjauhinya.

Bukankah hal ini merupakan tambahan dalam agama dan syari’at? Allah tidak memperkenankan penambahan-penambahan dalam agama berupa perbuatan bid’ah, karena hal itu menyerupai perbuatan musuh-musuh Allah yaitu bangsa Yahudi dan Nasrani (seperti mereka memperingati hari kenaikan Isa AS, muslimin memperingati Isra’ & Mi’raj / kenaikan Rasululullah SAW ke langit ketujuh, begitu pula mereka memperingati hari kelahiran Nabi Isa AS, muslimin pun ikut-ikutan memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad AS, yang padahal semua perbuatan ini tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya dan tidak pernah disyari’atkan, pen)

Adanya penambahan-penambahan dalam agam itu (berarti) menuduh agama Islam kurang dan tidak sempurna, dengan jelas ini tergolong kerusakan besar, kemungkinan yang sesat dan bertentangan dengan firman Allah :

“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan Aku ridho Islam sebagai agama bagimu.” (Surat Al-Maidah: 03)

Selain itu juga bertentangan dengan hadits-hadits Rasulullah SAW yang memperingatkan kita dari perbuatan bid’ah dan agar menjauhinya.

Kami berharap, semoga dalil-dalil yang telah kami sebutkan tadi cukup memuaskan bagi mereka yang menginginkan kebenaran, dan mau mengingkari perbuatan bid’ah, yakni bid’ah mengadakan upacara peringatan malam Isra’ & Mi’raj, dan supaya kita sekalian waspada terhadapnya, karena sesungguhnya hal itu bukan dari ajaran Islam sama sekali. Tatkala Allah mewajibkan orang-orang muslim itu agar saling nasehat-menasehati dan saling menerangkan apa-apa yang telah disyariatkan Allah dalam agama serta mengharamkan penyembunyian ilmu, maka kami memandang perlu untuk mengingatkan saudara-saudara kami dari perbuatan bid’ah ini yang telah menyebar diberbagai belahan bumi, sehingga dikira sebagian orang berasal dari agama.

Maha Suci Engkau Ya Allah, Engkaulah yang kami minta untuk memperbaiki keadaan kaum muslimin ini, dan memberi kepada mereka kemudahan dalam memahami agama Islam. Semoga Allah melimpahkan taufiq kepada kita semua untuk berpegang teguh dengan agama yang haq ini, tetap konsisten menjalaninya dan meninggalkan apa-apa yang bertentangan dengannya. Allahlah Penguasa segala-galanya. Semoga shalawat dan salam selalu terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Amiin.


[1]  Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury, Ar-Rahukil Mahtum, terj. Hal: 191

[2] Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury, Ar-Rahukil Mahtum, terj. Hal: 191

[3] Dr. Muhammad Sa'id Ramadhan Al Buthy, Fiqhus Shirah, tarj.hlm : 123 -124. 

[4] Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury, Ar-Rahukil Mahtum, terj. Hal: 191-198

[5] Abu Bakar Jabir Al Jazairi, Hadzal Habib Muhammad shalallhu 'alaihi wasallam Ya Muhibba, hlm :119

[6] Dinukil dari Syarh Nawawi 'ala Shahihi Muslim, 2 / 29

[7] Dr. Muhammad Sa'id Ramadhan Al Buthy, Fiqhus Shirah, tarj. hlm : 124 -130

[8] Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury, Ar-Rahukil Mahtum, terj. Hal: 197

0 komentar

Posting Komentar