Oleh: Ahsanul Huda
A. Nama dan kelahirannya
Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin Abdillah bin Syihab bin Abdullah bin Al-Harits bin Zuhrah bin Kilab, seorang imamu l-ilmi, hafizh pada zamannya Abû Bakar Al Qurasi Az-Zuhri Al-Madani.
Ibnu Syihab Az-Zuhri tinggal di Ailah sebuah desa antara Hijaz dan Syam, reputasinya menyebar sehingga ia menjadi tempat berpaling bagi para ulama Hijaz dan Syam. Selama delapan tahun Ibnu Syihab Az-Zuhri tinggal bersama Sa’id bin Al-Musayyab di sebuah desa bernama Sya’bad di pinggir Syam.
Az-Zuhri meriwayatkan hadits bersumber dari Abdullah bin Umar, Abdullah bin Ja’far, Shal bin Sa’ad, Urwah bin Az-Zubair, Atha’ bin Abi Rabah. Ia juga mempunyai riwayat-riwayat yang mursal dari Ubadah bin As-Shamit, Abu Hurairah, Rafi’ bin Khudaij, dan beberapa lainnya.[1]
Imam bukhari berpendapat bahwa sanad Az-Zuhri yang paling shahih adalah Az-Zuhri, dari Salim, dari ayahnya. Sedangkan Abu Bakar bin Abi Syaibah menyatakan bahwa sanadnya yang paling shahih adalah Az-Zuhri, dari Ali bin Husain, dari bapaknya dari kakeknya (Ali bin Abi Thalib)”.
Ada perbedaan pendapat tentang kapan beliau dilahirkan. Dahim dan Ahmad bin Shalih berpendapat bahwa Az-Zuhri dilahirkan pada tahun 50 H. Khalifah bin Khiyath mengatakan, beliau dilahirkan tahun 51 H, ada juga yang berpendapat bahwa beliau lahir pada tahun 56 dan 58 H.
B. Guru dan Muridnya
Az-Zuhri banyak belajar dari para sahabat. Beliau juga meriwayatkan Hadits dari Anas bin Malik, Said bin Al Musayyib, Alqamah bin Waqash, Katsir bin ‘Abas, ‘Ali bin Al Husain, Urwah bin Az-Zubair, Abu Idris Al-Kaulani, Abdul Malik bin Marwan, Salim bin Abdullah, Muhammad bin Nu`man bin Basyir, Abu Salamah bin Abdurrahman, dan yang lainnya.
Adapun yang pernah mengenyam pendidikan dari beliau diantaranya Imam Malik, Al-Layts, Ibnu Abi Dza`ab, Sufyan bin `Uyaynah dan Sufyan Ats-Tsauri, Zaid bin Aslam, Yahya bin Sa`id Al-Anshari, dan Atha` bin Abi Rabah, meskipun dia lebih tua dari Az-Zuhri dan meninggal dunia dua puluh tahun lebih dulu sebelum beliau meninggal.
C. Perjalanan Hidupnya
Diantara hal yang membedakan Ibnu Syihab dengan para tabi’in adalah kekuatan hafalannya. Dibawah ini Akan kami kemukakan beberapa riwayat yang memperkuat dan mendukung pernyataan tersebut di atas.
Dalam suatu riwayat dijelaskan bahwa Ibnu Hisyam bin Malik meminta Az-Zuhri mendiktekan kepada anak-anaknya, maka beliau memanggil seorang penulis untuk mencatat hadits yang akan didi’tekannya, dan beliau mendi'tekan sebanyak 400 hadits. Kemudian Ibnu Hisyam berkata kepadanya, "Sesungguhnya buku ini telah hilang". Maka beliau memanggil seorang penulis untuk mencatat hadits yang akan didi'tekan oleh beliau, dan beliau mendi'tekan sejumlah hadits yang sama dengan catatan pertama (sebanyak 400 hadits). Setelah itu maka Ibnu Syihab membandingkan buku catatan yang kedua dengan buku catatan yang pertama, ternyata tidak ada satu huruf pun yang terlewatkan atau kelebihan.[2]
Dalam riwayat lain dijelaskan bahwa beliau menaruh sebuah baskom untuk mencuci tangan di hadapannya, lalu beliau membaca hadits, dimana tangan beliau tetap berada pada baskom sampai terbit fajar.
Beliau juga termasuk orang yang pertama kali yang menyusun ilmu secara sistematis.
D. Keutamaannya
Beliau Ibnu Syihab Az-Zuhri memiliki keutamaan-keutamaan diantaranya beliau terkenal sebagai seorang yang alim, sabar, teguh, toleransi, zuhud, mulia, murah hati, dermawan, dan dikenal juga dengan akhlaqnya yang terpuji.
Ibnu Syihab seorang yang memiliki kelebihan dalam bidang ilmu, hikmah, kezuhudan, dan kedermawanan, kesabaran dalam mencari ilmu.
Ibnu Syihab termasuk orang yang paling sulit dicari tandingannya pada masanya dalam kesabarannya mencari ilmu. Riwayat-riwayat berikut akan memperkuat pernyataan di atas, sekaligus menjadi bukti nyata yang memperkokoh pengakuan atas pernyataan yang sebenarnya.
Ibnu Syihab Az-Zuhri telah meriwayatkan, beliau berkata: "Aku mengikuti Said bin Musayyib dalam mencari satu hadits selama tiga hari".
Ibnu Syihab Az-Zuhri mengabarkan tentang dirinya, "Tidak akan ada yang memiliki kesabaran dalam mencari ilmu seperti kesabaranku, dan tidak ada seorangpun yang yang gigih dalam menyebarkannya seperti kegigihanku".
Sufyan berrkata, "Ketika Az-Zuhri meninggal maka tidak ada seorangpun yang di muka bumi ini yang lebih ahli dalam sunnah selain beliau".
Wahab berkata, "Aku tidak pernah melihat seorang yang lebih pintar dari Az-Zuhri".
Beliau dikelompokan dalam thabaqat yang keempat dari para Fuqaha ahli Madinah. Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Maslam bin Syihab Az-Zuhri. Kunyahnya adalah Abu Bakar. Diriwayatkan dari Ibrahim bin Sa'ad dari ayahnya ia berkata, "Tidaklah aku saksikan seseorang yang terkumpul padanya kebaikan setelah Rasulullah saw sebagaimana Ibnu Syihab." Imam Malik bin Anas berkata, "Aku tidak mendapatkan seorang yang masih muda lalu ia fakih dan alim dalam urusan agama kecuali seorang saja." Lalu ditanyakan padanya, "Siapakah ia ?" Beliau menjawab, "Ibnu Syihab Az-Zuhri." Diriwayatkan dari beliau juga, "Sesungguhnya hadits Nabi adalah bagian dari dien, maka lihatlah dari siapa kalian mengambil agama kalian, sungguh telah aku dapatkan di sini, di masjid Rasulullah lebih dari 70 orang yang berkata begini dan begitu dari Rasulullah saw, dan aku tidak mengambil sedikit pun dari mereka satu huruf pun karena mereka bukanlah ahli dalam urusan ini lalu aku dapatkan seorang pemuda bernama Az-Zuhri yang pada majlisnya dipenuhi banyak sekali manusia, karena kepandaiannya dalam hal ini." Ayyub berkata, "Tidaklah aku dapatkan seseorang yang lebih pandai dari Az-Zuhri." Dan demikian juga yang telah dikatakan oleh Sokhr bin Juwairiyyah dan Al Hasan.[3]
Ibnu Syihab sangat rakus terhadap ilmu sehingga ia luangkan sebagian besar waktunya untuk menuntut ilmu, apabila ia duduk maka ia senantiasa meletakan buku-buku disekitarnya, dan sibuk dengan buku-buku tersebut sehingga ia tidak sempat memikirkan urusan dunianya, suatu hari istrinya berkata kepadanya: "Demi Allah kitab-kitab ini lebih menyakitkan dari tiga istri yang dimadunya".
Beliau juga telah menguasai ilmu yang dimilki para fuqaaha sab'ah, Umar bin Abdul Aziz telah menulis surat kepada masyarakat umum: "Hendaknya kalian bersama dengan Ibnu Syihab, karena sesungguhnya kalian tidak akan menemukan seseorang yang lebih mengetahui Sunnah Rasulullah selainnya".
Dan iapun berkata kepada Mahkul: "Siapa yang paling berilmu yang pernah kamu lihat? Mahkulpun menjawab: "Ibnu Syihab, kemudian ia bertanya lagi: "Kemudian siapa ? ia menjawab: "Ibnu Syihab" ia bertanya lagi : "kemudia siapa? Ia menjawab: "Ibnu Syihab".
E. Sanjungan Para Ulama Terhadapnya
Ja`far bin Rabi`ah pernah bertanya kepada Al-Ara bin Malik, “Siapakah orang yang paling faqih dari penduduk Madinah?” Dia menjawab, “Kalau orang yang paling alim terhadap keputusan-keputusan Rasulullah, keputusan Abu Bakar, Keputusan Umar dan Utsman, dan yang paling faqih dalam masalah fiqih dan yang paling alim dengan urusan manusia yang telah lalu, dialah Sa`id bin Al Musayyib. Adapun orang yang paling banyak Haditsnya, dialah Urwah bin Az-Zubair.” Al-Ara berkata, “Maka adapun yang paling alim semuanya menurutku adalah Ibnu Syihab, beliau mengumpulkan seluruh ilmu yang ada pada mereka ke dalam ilmu beliau.”[4]
Suatu ketika Umar bin Abdul `Aziz bertanya, “Apakah kalian mau berjumpa dengan Ibnu Syihab?” Mereka menjawab, “Kami akan melakukannya.” Umar berkata, “Temuilah dia, karena sesungguhnya tidak ada yang tersisa saat ini orang yang lebih tahu tentang Sunnah Rasulullah daripadanya.”[5]
Al-Layts ikut berkomentar tentang gurunya itu, “Aku belum pernah melihat seorang ulama yang lebih spesialis daripada Az-Zuhri. Jika dia berbicara tentang keutamaan dalam ibadah, maka kamu akan berkata, “Tidak ada yang lebih baik penjelasannya dari dia.” Ketika dia berbicara tentang nasab orang Arab dan A’jam, maka kamu akan berkata, “Tidak ada yang lebih baik penjelasannya dari dia.” Ketika dia berbicara tentang Al-Qur’an dan Sunnah, kamu juga akan mengatakan hal yang sama, tidak ada yang lebih baik penjelasannya dari dia.”[6]
Abu Hatim berkata, “Orang yang paling tinggi ilmunya diantara para sahabat Anas bin Malik adalah Az-Zuhri.”[7]
Hafalan beliau banyak diakui oleh para ulama Hadits terkemuka. Ali bin Al-Madani berkata, “Az-Zuhri mempunyai sekitar 2000 Hadits.” Dan Abu Dawud mengatakan “Haditsnya 2200 Hadits, setengahnya Hadits musnad.”
Dan Az-Zuhri sendiri pernah mengatakan, “Tidak ada satu Hadits pun yang saya lupa dan saya ragu kecuali satu Hadits, maka saya bertanya kepada sahabat saya tentang Hadits tersebut, maka ternyata ia sebagaimana yang saya hafal.”
Salah satu murid Az-Zuhri, Amru bin Dinar pernah memuji gurunya tersebut, “Tidaklah saya melihat orang yang paling teliti terhadap Hadits dari pada Az-Zuhri , dan tidak ada dinar dan dirham yang paling hina kecuali di sisi beliau, tidaklah dinar dan dirham di sisi beliau kecuali bagaikan kotoran hewan saja.”
Pujian ini juga diamini oleh Imam Ahmad, beliau mengatakan, “Orang yang paling baik Hadits dan isnadnya adalah Az-Zuhri .”
Umar bin Abdul Aziz berkata, “Wajib bagi kalian mengikuti Ibnu Syihab, karena tidak ada seorang pun yang lebih tahu tentang sunnah terdahulu daripada beliau.”
Ia membukukan banyak hadits yang dia dengan dan dia himpun. Berkata Shalih bin Kisan:” Aku menuntut ilmu bersama Az-Zuhri, dia berkata: mari kita tulis apa yang berasal dari Nabi saw, pada kesempatan yang lain dia berkata pula: “Mari kita tulis apa yang berasal dari Sahabat”, dia menulis dan aku tidak. Akhirnya dia berhasil dan aku gagal”.[8]
Asy Syafi’i berkata: “Berkata Ibnu ‘Uyainah: “Suatu hari Az-Zuhri berbicara suatu hadits, maka saya berkata: “Coba sebutkan hadits itu tanpa isnad.” Beliau manjawab: “Apakah engkau hendak naik ke loteng tanpa melalui tangga.”
F. Beberapa Perkataan dan Nasehatnya
Banyak nasehat yang disampaikan Az-Zuhri. Diantaranya apa yang diriwayatkan Ayub bin Suwaid beliau berkata, “Telah menceritakan kepada kami Yunus, Az-Zuhri telah berkata: “Janganlah kalian mengkhianati kitab-kitab!” Saya bertanya: “Apa maksud dari mengkhianati kitab?” jawab beliau: “Yaitu menutup kitab tersebut.”
Yunus berkata, “Az-Zuhri pernah berkata, “Takutlah kamu dari membelenggu kitab.” Aku bertanya, “Apa belenggunya?” dia berkata, “Menggudangkannya (tanpa dibaca).”
Mu`ammar meriwayatkan bahwa Az-Zuhri pernah berkata, “Jika suatu majlis itu terlalu lama, maka setan akan mendapatkan bagian dari majlis itu.”
Beliau pernah berkata, “Saya tidak pernah sama sekali berkata kepada orang lain: “Coba ulangi lagi ucapanmu.”
Sufyan bin ‘Uyainah pernah bercerita, “Suatu hari Az-Zuhri berbicara suatu Hadits, maka saya berkata, “Coba sebutkan Hadits itu tanpa isnad.” Beliau manjawab, “Apakah engkau hendak naik ke loteng tanpa melalui tangga.”
Juga cerita dari Yahya bin Hamzah bahwa Ibnu Syihab Az-Zuhri berkata: “Ada tiga hal yang jika ada pada diri seorang hakim (qadli) maka dia tidak layak disebut hakim, jika dia membenci celaan, senang terhadap pujian, dan benci pemecatan.”
Ada juga riwayat qaul beliau sebagai sanggahan pada anggapan orang yang menolak taqdir Allah beliau mengatakan, “Imam terhadap qadar rangkaian dari tauhid, maka barang siapa yang bertauhid dan tidak beriman dengan qadar, maka ia telah merusak tauhidnya.”
Diantara tips Az-Zuhri dalam memperdalam ilmu dan menjadikanya agar tetap terjaga adalah mengajarkannya kepada masyarakat luas. Seringkali beliau terjun kepada masyarakat Badui untuk mengajarkan ilmunya agar tidak lupa.
Dan yang termasuk menjadi kegemaran Az-Zuhri adalah menulis. Bahkan beliau menganggap teledor orang yang menghadiri majlis ilmu tanpa membawa catatan. Beliau berkata, “menghadiri majlis ilmu tanpa membawa catatan adalah suatu kehinaan.”
Tidak lupa juga Ibnu Syihab az-Zuhri senantiasa mengingatkan kepada para thalibu l-ilmi untuk mengaplikasikan ilmu pada amal nyata. Bahkan beliau menganggap orang yang tidak mau mengamalkan dan mengajarkan ilmunya sebagai orang yang ghulul (koruptor). Beliau berkata, “Termasuk ghulul terhadap ilmu adalah jika seorang alim membiarkan ilmunya hingga lenyap dan tidak mau mengamalkannya hingga ilmu itu hilang. Ilmu itu lebih utama bagi orang yang bodoh, dan amal lebih utama dari pada ilmu bagi orang yang tahu.”
G. Wafatnya
Demikian kehidupan Az-Zuhri yang penuh dengan ilmu dan hikmah. Beliau meninggal pada tahun 124 H, beliau berumur 75 tahun sebagaimana pendapat Al Waqidi beliau meninggal pada tanggal 17 Ramadhan pada tahun tersebut di Syi`ib Zabad, sebuah daerah di Syam.[9]
Daftar Pustaka
1. Tahdzib At-Tahdzib Karya Ibn Hajar Asqalani
2. Siyaru Alam An-Nubala karya Adz-Dzahabi
3. Sifatu sofwah Karya Ibnu Jauzi
4. Hilyat Al-Awliya’ karya Al-Ashbahani
5. Tadzkirat Al-Huffadz karya Adz-Dzahabi
[1] Ibn Hajar Asqalani, Tahdzib at Tahdzib : 9/445
[2] . Adz-Dzahabi, Siyaru Alam An-Nubala : 5/334
[3] . Ibnu Jauzi, Sifatu sofwah 2/136
[4] . Ibid :5/ 326
[5] . Al-Ashbahani, Hilyatu l-Awliya’. 3/360.
[6] . Adz-Dzahabi, Tadzkiratu l-Huffadz. 3/109
[7] . Ibid :5/334
[8]. Ibn Hajar Asqalani , Tahdzib at Tahdzib : 9/445
[9] . Ibid: 5/334
(Perowi Hadits yang Handal)
A. Nama dan kelahirannya
Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin Abdillah bin Syihab bin Abdullah bin Al-Harits bin Zuhrah bin Kilab, seorang imamu l-ilmi, hafizh pada zamannya Abû Bakar Al Qurasi Az-Zuhri Al-Madani.
Ibnu Syihab Az-Zuhri tinggal di Ailah sebuah desa antara Hijaz dan Syam, reputasinya menyebar sehingga ia menjadi tempat berpaling bagi para ulama Hijaz dan Syam. Selama delapan tahun Ibnu Syihab Az-Zuhri tinggal bersama Sa’id bin Al-Musayyab di sebuah desa bernama Sya’bad di pinggir Syam.
Az-Zuhri meriwayatkan hadits bersumber dari Abdullah bin Umar, Abdullah bin Ja’far, Shal bin Sa’ad, Urwah bin Az-Zubair, Atha’ bin Abi Rabah. Ia juga mempunyai riwayat-riwayat yang mursal dari Ubadah bin As-Shamit, Abu Hurairah, Rafi’ bin Khudaij, dan beberapa lainnya.[1]
Imam bukhari berpendapat bahwa sanad Az-Zuhri yang paling shahih adalah Az-Zuhri, dari Salim, dari ayahnya. Sedangkan Abu Bakar bin Abi Syaibah menyatakan bahwa sanadnya yang paling shahih adalah Az-Zuhri, dari Ali bin Husain, dari bapaknya dari kakeknya (Ali bin Abi Thalib)”.
Ada perbedaan pendapat tentang kapan beliau dilahirkan. Dahim dan Ahmad bin Shalih berpendapat bahwa Az-Zuhri dilahirkan pada tahun 50 H. Khalifah bin Khiyath mengatakan, beliau dilahirkan tahun 51 H, ada juga yang berpendapat bahwa beliau lahir pada tahun 56 dan 58 H.
B. Guru dan Muridnya
Az-Zuhri banyak belajar dari para sahabat. Beliau juga meriwayatkan Hadits dari Anas bin Malik, Said bin Al Musayyib, Alqamah bin Waqash, Katsir bin ‘Abas, ‘Ali bin Al Husain, Urwah bin Az-Zubair, Abu Idris Al-Kaulani, Abdul Malik bin Marwan, Salim bin Abdullah, Muhammad bin Nu`man bin Basyir, Abu Salamah bin Abdurrahman, dan yang lainnya.
Adapun yang pernah mengenyam pendidikan dari beliau diantaranya Imam Malik, Al-Layts, Ibnu Abi Dza`ab, Sufyan bin `Uyaynah dan Sufyan Ats-Tsauri, Zaid bin Aslam, Yahya bin Sa`id Al-Anshari, dan Atha` bin Abi Rabah, meskipun dia lebih tua dari Az-Zuhri dan meninggal dunia dua puluh tahun lebih dulu sebelum beliau meninggal.
C. Perjalanan Hidupnya
Diantara hal yang membedakan Ibnu Syihab dengan para tabi’in adalah kekuatan hafalannya. Dibawah ini Akan kami kemukakan beberapa riwayat yang memperkuat dan mendukung pernyataan tersebut di atas.
Dalam suatu riwayat dijelaskan bahwa Ibnu Hisyam bin Malik meminta Az-Zuhri mendiktekan kepada anak-anaknya, maka beliau memanggil seorang penulis untuk mencatat hadits yang akan didi’tekannya, dan beliau mendi'tekan sebanyak 400 hadits. Kemudian Ibnu Hisyam berkata kepadanya, "Sesungguhnya buku ini telah hilang". Maka beliau memanggil seorang penulis untuk mencatat hadits yang akan didi'tekan oleh beliau, dan beliau mendi'tekan sejumlah hadits yang sama dengan catatan pertama (sebanyak 400 hadits). Setelah itu maka Ibnu Syihab membandingkan buku catatan yang kedua dengan buku catatan yang pertama, ternyata tidak ada satu huruf pun yang terlewatkan atau kelebihan.[2]
Dalam riwayat lain dijelaskan bahwa beliau menaruh sebuah baskom untuk mencuci tangan di hadapannya, lalu beliau membaca hadits, dimana tangan beliau tetap berada pada baskom sampai terbit fajar.
Beliau juga termasuk orang yang pertama kali yang menyusun ilmu secara sistematis.
D. Keutamaannya
Beliau Ibnu Syihab Az-Zuhri memiliki keutamaan-keutamaan diantaranya beliau terkenal sebagai seorang yang alim, sabar, teguh, toleransi, zuhud, mulia, murah hati, dermawan, dan dikenal juga dengan akhlaqnya yang terpuji.
Ibnu Syihab seorang yang memiliki kelebihan dalam bidang ilmu, hikmah, kezuhudan, dan kedermawanan, kesabaran dalam mencari ilmu.
Ibnu Syihab termasuk orang yang paling sulit dicari tandingannya pada masanya dalam kesabarannya mencari ilmu. Riwayat-riwayat berikut akan memperkuat pernyataan di atas, sekaligus menjadi bukti nyata yang memperkokoh pengakuan atas pernyataan yang sebenarnya.
Ibnu Syihab Az-Zuhri telah meriwayatkan, beliau berkata: "Aku mengikuti Said bin Musayyib dalam mencari satu hadits selama tiga hari".
Ibnu Syihab Az-Zuhri mengabarkan tentang dirinya, "Tidak akan ada yang memiliki kesabaran dalam mencari ilmu seperti kesabaranku, dan tidak ada seorangpun yang yang gigih dalam menyebarkannya seperti kegigihanku".
Sufyan berrkata, "Ketika Az-Zuhri meninggal maka tidak ada seorangpun yang di muka bumi ini yang lebih ahli dalam sunnah selain beliau".
Wahab berkata, "Aku tidak pernah melihat seorang yang lebih pintar dari Az-Zuhri".
Beliau dikelompokan dalam thabaqat yang keempat dari para Fuqaha ahli Madinah. Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Maslam bin Syihab Az-Zuhri. Kunyahnya adalah Abu Bakar. Diriwayatkan dari Ibrahim bin Sa'ad dari ayahnya ia berkata, "Tidaklah aku saksikan seseorang yang terkumpul padanya kebaikan setelah Rasulullah saw sebagaimana Ibnu Syihab." Imam Malik bin Anas berkata, "Aku tidak mendapatkan seorang yang masih muda lalu ia fakih dan alim dalam urusan agama kecuali seorang saja." Lalu ditanyakan padanya, "Siapakah ia ?" Beliau menjawab, "Ibnu Syihab Az-Zuhri." Diriwayatkan dari beliau juga, "Sesungguhnya hadits Nabi adalah bagian dari dien, maka lihatlah dari siapa kalian mengambil agama kalian, sungguh telah aku dapatkan di sini, di masjid Rasulullah lebih dari 70 orang yang berkata begini dan begitu dari Rasulullah saw, dan aku tidak mengambil sedikit pun dari mereka satu huruf pun karena mereka bukanlah ahli dalam urusan ini lalu aku dapatkan seorang pemuda bernama Az-Zuhri yang pada majlisnya dipenuhi banyak sekali manusia, karena kepandaiannya dalam hal ini." Ayyub berkata, "Tidaklah aku dapatkan seseorang yang lebih pandai dari Az-Zuhri." Dan demikian juga yang telah dikatakan oleh Sokhr bin Juwairiyyah dan Al Hasan.[3]
Ibnu Syihab sangat rakus terhadap ilmu sehingga ia luangkan sebagian besar waktunya untuk menuntut ilmu, apabila ia duduk maka ia senantiasa meletakan buku-buku disekitarnya, dan sibuk dengan buku-buku tersebut sehingga ia tidak sempat memikirkan urusan dunianya, suatu hari istrinya berkata kepadanya: "Demi Allah kitab-kitab ini lebih menyakitkan dari tiga istri yang dimadunya".
Beliau juga telah menguasai ilmu yang dimilki para fuqaaha sab'ah, Umar bin Abdul Aziz telah menulis surat kepada masyarakat umum: "Hendaknya kalian bersama dengan Ibnu Syihab, karena sesungguhnya kalian tidak akan menemukan seseorang yang lebih mengetahui Sunnah Rasulullah selainnya".
Dan iapun berkata kepada Mahkul: "Siapa yang paling berilmu yang pernah kamu lihat? Mahkulpun menjawab: "Ibnu Syihab, kemudian ia bertanya lagi: "Kemudian siapa ? ia menjawab: "Ibnu Syihab" ia bertanya lagi : "kemudia siapa? Ia menjawab: "Ibnu Syihab".
E. Sanjungan Para Ulama Terhadapnya
Ja`far bin Rabi`ah pernah bertanya kepada Al-Ara bin Malik, “Siapakah orang yang paling faqih dari penduduk Madinah?” Dia menjawab, “Kalau orang yang paling alim terhadap keputusan-keputusan Rasulullah, keputusan Abu Bakar, Keputusan Umar dan Utsman, dan yang paling faqih dalam masalah fiqih dan yang paling alim dengan urusan manusia yang telah lalu, dialah Sa`id bin Al Musayyib. Adapun orang yang paling banyak Haditsnya, dialah Urwah bin Az-Zubair.” Al-Ara berkata, “Maka adapun yang paling alim semuanya menurutku adalah Ibnu Syihab, beliau mengumpulkan seluruh ilmu yang ada pada mereka ke dalam ilmu beliau.”[4]
Suatu ketika Umar bin Abdul `Aziz bertanya, “Apakah kalian mau berjumpa dengan Ibnu Syihab?” Mereka menjawab, “Kami akan melakukannya.” Umar berkata, “Temuilah dia, karena sesungguhnya tidak ada yang tersisa saat ini orang yang lebih tahu tentang Sunnah Rasulullah daripadanya.”[5]
Al-Layts ikut berkomentar tentang gurunya itu, “Aku belum pernah melihat seorang ulama yang lebih spesialis daripada Az-Zuhri. Jika dia berbicara tentang keutamaan dalam ibadah, maka kamu akan berkata, “Tidak ada yang lebih baik penjelasannya dari dia.” Ketika dia berbicara tentang nasab orang Arab dan A’jam, maka kamu akan berkata, “Tidak ada yang lebih baik penjelasannya dari dia.” Ketika dia berbicara tentang Al-Qur’an dan Sunnah, kamu juga akan mengatakan hal yang sama, tidak ada yang lebih baik penjelasannya dari dia.”[6]
Abu Hatim berkata, “Orang yang paling tinggi ilmunya diantara para sahabat Anas bin Malik adalah Az-Zuhri.”[7]
Hafalan beliau banyak diakui oleh para ulama Hadits terkemuka. Ali bin Al-Madani berkata, “Az-Zuhri mempunyai sekitar 2000 Hadits.” Dan Abu Dawud mengatakan “Haditsnya 2200 Hadits, setengahnya Hadits musnad.”
Dan Az-Zuhri sendiri pernah mengatakan, “Tidak ada satu Hadits pun yang saya lupa dan saya ragu kecuali satu Hadits, maka saya bertanya kepada sahabat saya tentang Hadits tersebut, maka ternyata ia sebagaimana yang saya hafal.”
Salah satu murid Az-Zuhri, Amru bin Dinar pernah memuji gurunya tersebut, “Tidaklah saya melihat orang yang paling teliti terhadap Hadits dari pada Az-Zuhri , dan tidak ada dinar dan dirham yang paling hina kecuali di sisi beliau, tidaklah dinar dan dirham di sisi beliau kecuali bagaikan kotoran hewan saja.”
Pujian ini juga diamini oleh Imam Ahmad, beliau mengatakan, “Orang yang paling baik Hadits dan isnadnya adalah Az-Zuhri .”
Umar bin Abdul Aziz berkata, “Wajib bagi kalian mengikuti Ibnu Syihab, karena tidak ada seorang pun yang lebih tahu tentang sunnah terdahulu daripada beliau.”
Ia membukukan banyak hadits yang dia dengan dan dia himpun. Berkata Shalih bin Kisan:” Aku menuntut ilmu bersama Az-Zuhri, dia berkata: mari kita tulis apa yang berasal dari Nabi saw, pada kesempatan yang lain dia berkata pula: “Mari kita tulis apa yang berasal dari Sahabat”, dia menulis dan aku tidak. Akhirnya dia berhasil dan aku gagal”.[8]
Asy Syafi’i berkata: “Berkata Ibnu ‘Uyainah: “Suatu hari Az-Zuhri berbicara suatu hadits, maka saya berkata: “Coba sebutkan hadits itu tanpa isnad.” Beliau manjawab: “Apakah engkau hendak naik ke loteng tanpa melalui tangga.”
F. Beberapa Perkataan dan Nasehatnya
Banyak nasehat yang disampaikan Az-Zuhri. Diantaranya apa yang diriwayatkan Ayub bin Suwaid beliau berkata, “Telah menceritakan kepada kami Yunus, Az-Zuhri telah berkata: “Janganlah kalian mengkhianati kitab-kitab!” Saya bertanya: “Apa maksud dari mengkhianati kitab?” jawab beliau: “Yaitu menutup kitab tersebut.”
Yunus berkata, “Az-Zuhri pernah berkata, “Takutlah kamu dari membelenggu kitab.” Aku bertanya, “Apa belenggunya?” dia berkata, “Menggudangkannya (tanpa dibaca).”
Mu`ammar meriwayatkan bahwa Az-Zuhri pernah berkata, “Jika suatu majlis itu terlalu lama, maka setan akan mendapatkan bagian dari majlis itu.”
Beliau pernah berkata, “Saya tidak pernah sama sekali berkata kepada orang lain: “Coba ulangi lagi ucapanmu.”
Sufyan bin ‘Uyainah pernah bercerita, “Suatu hari Az-Zuhri berbicara suatu Hadits, maka saya berkata, “Coba sebutkan Hadits itu tanpa isnad.” Beliau manjawab, “Apakah engkau hendak naik ke loteng tanpa melalui tangga.”
Juga cerita dari Yahya bin Hamzah bahwa Ibnu Syihab Az-Zuhri berkata: “Ada tiga hal yang jika ada pada diri seorang hakim (qadli) maka dia tidak layak disebut hakim, jika dia membenci celaan, senang terhadap pujian, dan benci pemecatan.”
Ada juga riwayat qaul beliau sebagai sanggahan pada anggapan orang yang menolak taqdir Allah beliau mengatakan, “Imam terhadap qadar rangkaian dari tauhid, maka barang siapa yang bertauhid dan tidak beriman dengan qadar, maka ia telah merusak tauhidnya.”
Diantara tips Az-Zuhri dalam memperdalam ilmu dan menjadikanya agar tetap terjaga adalah mengajarkannya kepada masyarakat luas. Seringkali beliau terjun kepada masyarakat Badui untuk mengajarkan ilmunya agar tidak lupa.
Dan yang termasuk menjadi kegemaran Az-Zuhri adalah menulis. Bahkan beliau menganggap teledor orang yang menghadiri majlis ilmu tanpa membawa catatan. Beliau berkata, “menghadiri majlis ilmu tanpa membawa catatan adalah suatu kehinaan.”
Tidak lupa juga Ibnu Syihab az-Zuhri senantiasa mengingatkan kepada para thalibu l-ilmi untuk mengaplikasikan ilmu pada amal nyata. Bahkan beliau menganggap orang yang tidak mau mengamalkan dan mengajarkan ilmunya sebagai orang yang ghulul (koruptor). Beliau berkata, “Termasuk ghulul terhadap ilmu adalah jika seorang alim membiarkan ilmunya hingga lenyap dan tidak mau mengamalkannya hingga ilmu itu hilang. Ilmu itu lebih utama bagi orang yang bodoh, dan amal lebih utama dari pada ilmu bagi orang yang tahu.”
G. Wafatnya
Demikian kehidupan Az-Zuhri yang penuh dengan ilmu dan hikmah. Beliau meninggal pada tahun 124 H, beliau berumur 75 tahun sebagaimana pendapat Al Waqidi beliau meninggal pada tanggal 17 Ramadhan pada tahun tersebut di Syi`ib Zabad, sebuah daerah di Syam.[9]
Daftar Pustaka
1. Tahdzib At-Tahdzib Karya Ibn Hajar Asqalani
2. Siyaru Alam An-Nubala karya Adz-Dzahabi
3. Sifatu sofwah Karya Ibnu Jauzi
4. Hilyat Al-Awliya’ karya Al-Ashbahani
5. Tadzkirat Al-Huffadz karya Adz-Dzahabi
[1] Ibn Hajar Asqalani, Tahdzib at Tahdzib : 9/445
[2] . Adz-Dzahabi, Siyaru Alam An-Nubala : 5/334
[3] . Ibnu Jauzi, Sifatu sofwah 2/136
[4] . Ibid :5/ 326
[5] . Al-Ashbahani, Hilyatu l-Awliya’. 3/360.
[6] . Adz-Dzahabi, Tadzkiratu l-Huffadz. 3/109
[7] . Ibid :5/334
[8]. Ibn Hajar Asqalani , Tahdzib at Tahdzib : 9/445
[9] . Ibid: 5/334
Kata Mutiara
Sahabat adalah keperluan jiwa yang mesti dipenuhi.
Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau subur dengan penuh rasa terima kasih.
Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu. Kerana kau menghampirinya
saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa memerlukan kedamaian.
Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau subur dengan penuh rasa terima kasih.
Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu. Kerana kau menghampirinya
saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa memerlukan kedamaian.
Posting Komentar