IMAN KEPADA TAQDIR

Diposting oleh Ahsanul Huda Sabtu, 08 Mei 2010

Oleh: Ahsanul Huda)



عَنْ يَحْيَى بْنِ يَعْمَرَ قَالَ كَانَ أَوَّلَ مَنْ قَالَ فِي الْقَدَرِ بِالْبَصْرَةِ مَعْبَدٌ الْجُهَنِيُّ فَانْطَلَقْتُ أَنَا وَحُمَيْدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحِمْيَرِيُّ حَاجَّيْنِ أَوْ مُعْتَمِرَيْنِ فَقُلْنَا لَوْ لَقِينَا أَحَدًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَأَلْنَاهُ عَمَّا يَقُولُ هَؤُلَاءِ فِي الْقَدَرِ فَوُفِّقَ لَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ دَاخِلًا الْمَسْجِدَ فَاكْتَنَفْتُهُ أَنَا وَصَاحِبِي أَحَدُنَا عَنْ يَمِينِهِ وَالْآخَرُ عَنْ شِمَالِهِ فَظَنَنْتُ أَنَّ صَاحِبِي سَيَكِلُ الْكَلَامَ إِلَيَّ فَقُلْتُ أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ إِنَّهُ قَدْ ظَهَرَ قِبَلَنَا نَاسٌ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ وَيَتَقَفَّرُونَ الْعِلْمَ وَذَكَرَ مِنْ شَأْنِهِمْ وَأَنَّهُمْ يَزْعُمُونَ أَنْ لَا قَدَرَ وَأَنَّ الْأَمْرَ أُنُفٌ قَالَ فَإِذَا لَقِيتَ أُولَئِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنِّي بَرِيءٌ مِنْهُمْ وَأَنَّهُمْ بُرَآءُ مِنِّي وَالَّذِي يَحْلِفُ بِهِ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ لَوْ أَنَّ لِأَحَدِهِمْ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا فَأَنْفَقَهُ مَا قَبِلَ اللَّهُ مِنْهُ حَتَّى يُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ ثُمَّ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيدُ سَوَادِ الشَّعَرِ لَا يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلَا يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنْ الْإِسْلَامِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْإِسْلَامُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتُقِيمَ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ وَتَصُومَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنْ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيلًا قَالَ صَدَقْتَ قَالَ فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ الْإِيمَانِ قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ قَالَ صَدَقْتَ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ الْإِحْسَانِ قَالَ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ السَّاعَةِ قَالَ مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنْ السَّائِلِ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَتِهَا قَالَ أَنْ تَلِدَ الْأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُونَ فِي الْبُنْيَانِ قَالَ ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا ثُمَّ قَالَ لِي يَا عُمَرُ أَتَدْرِي مَنْ السَّائِلُ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِينَكُمْ

“Dari Yahya bin Ya'mar dia berkata, "Orang yang pertama kali berpendapat tentang  takdir di Bashrah adalah Ma'bad Al-Juhani, maka aku dan Humaid bin Abdurrahman Al-Himyari bertolak haji atau umrah, maka kami berkata, Seandainya kami bertemu dengan salah seorang sahabat Rasulullah saw, maka kami akan bertanya kepadanya tentang sesuatu yang mereka katakan berkaitan dengan takdir. Maka Abdullah bin Umar diperkenankan (oleh Allah) untuk kami, sedangkan dia masuk masjid. Lalu aku dan temanku menghadangnya. Salah seorang dari kami di sebelah kanannya dan yang lain di sebelah kirinya. Lalu aku mengira bahwa temanku akan mewakilkan pembicaraan kepadaku, maka aku berkata, Wahai Abu Abdurrahman, sesungguhnya nampak di hadapan kami suatu kaum membaca Al-Qur'an dan mencari ilmu lalu mengklaim bahwa tidak ada takdir, dan perkaranya adalah baru (tidak didahului oleh takdir dan ilmu Allah). Maka Abdullah bin Umar menjawab, Apabila kamu bertemu orang-orang tersebut, maka kabarkanlah kepada mereka bahwa saya berlepas diri dari mereka, dan bahwa mereka berlepas diri dariku. Dan demi Dzat yang mana hamba Allah bersumpah dengan-Nya, kalau seandainya salah seorang dari kalian menafkahkan emas seperti gunung Uhud, niscaya sedekahnya tidak akan diterima hingga dia beriman kepada takdir baik dan buruk. Dia berkata, Kemudian dia mulai menceritakan hadits seraya berkata, Umar bin Al-Khaththab berkata, Dahulu kami pernah berada di sisi Rasulullah saw, lalu datanglah seorang laki-laki yang bajunya sangat putih, rambutnya sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan. Tidak seorang pun dari kami mengenalnya, hingga dia mendatangi Nabi saw lalu menyandarkan lututnya pada lutut Nabi saw kemudian ia berkata, 'Wahai Muhammad, kabarkanlah kepadaku tentang Islam? Rasulullah saw menjawab: "Kesaksian bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan puasa Ramadhan, serta haji ke Baitullah jika kamu mampu bepergian kepadanya. Dia berkata, kamu benar. Umar berkata, Maka kami kaget terhadapnya karena dia menanyakannya dan membenarkannya. Dia bertanya lagi, Kabarkanlah kepadaku tentang iman itu? Beliau menjawab: "Kamu beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir, dan takdir baik dan buruk." Dia berkata, 'Kamu benar. Dia bertanya, Kabarkanlah kepadaku tentang ihsan itu? Beliau menjawab: "Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu." Dia bertanya lagi, Kapankah hari akhir itu? Beliau menjawab: "Tidaklah orang yang ditanya itu lebih mengetahui daripada orang yang bertanya." Dia bertanya, Lalu kabarkanlah kepadaku tentang tanda-tandanya? Beliau menjawab: "Apabila seorang budak melahirkan (anak) tuan-Nya, dan kamu melihat orang yang tidak beralas kaki, telanjang, miskin, penggembala kambing, namun bermegah-megahan dalam membangun bangunan." Kemudian dia bertolak pergi. Maka aku tetap saja heran kemudian beliau berkata; "Wahai Umar, apakah kamu tahu siapa penanya tersebut?" Aku menjawab, Allah dan Rasul-Nya lebih tahu. Beliau bersabda: "Itulah jibril, dia mendatangi kalian untuk mengajarkan kepada kalian tentang pengetahuan agama kalian. (HR. Muslim)

Tahkrij Hadits

Hadits ini ikeluarkan oleh Muslim dalam shahihnya juz I halaman 28 bab Ma’rifatul Iman wa Islamno hadits 102, Bukhari dalam bab  Khalaqi Af’alu Al-Ibad no hadits 26, Abu Dawud dalam sunannya juz 1 halaman 359 bab Al-Qadr no hadits  4697 dan Imam Ahmad dalam Musnadnya juz 1 halaman 190 bab Musnad Umar bin Khattab no hadits 186, 374 dan 381.

Biografi Rawi A’la

Umar bin Khattab ra lahir 13 tahun setelah kelahiran Rasulullah saw. Nasabnya bertemu dengan Rasulullah saw pada kakek ke-7 yaitu Ka’ab bin Lu’ay. Beliau termasuk pemuda Quraisy yang mulia, disegani karena kecerdasan, pembela yang lemah, keras terhadap kezhaliman dan keberaniannya yang sangat kuat.[1] 

Umar bin Khattab wafat dibunuh secara licik oleh Abu Lu’luah, seorang Habsyi yang beragama Majusi, pada saat beliau sedang melakukan shalat. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 M. Dan beliau berkuasa sebagai seorang khalifah selama sepuluh tahun enam bulan 5 hari.

Pembahasan bahasa

  لولقينا أحدا من أصحاب الرسول الله صلى الله عليه وسلم

Sebagian mereka mengatakan bahwa   ( لو ) di sini adalah untuk Tamanni (angan-angan) sehingga tidak butuh jawaban. Maksudnya, seandainya saja kita bertemu dengan seseorang. Sebagian yang lain mengatakan    ( لو ) di sini adalah syarat. Adapun maksud yang sebenarnya adalah seandainya saja kami bertemu dengan seseorang kemudian kami bertanya kepadanya maka itu lebih baik. Adapun yang dimaksud bukan hanya sekedar sahabat akan tetapi yang yang dimaksud adalah seorang faqih yang dalam ilmunya yang denganya mampu memberi fatwa.

داخلا المسجد

Yang masuk masjid adalah Abdullah, sedangkan yang dimaksud dengan masjid di sini adalah masjid Haram di Mekkah.

والذى يخلف به عبد الله

“Demi Allah” di sini Abdullah tidak bersumpah kepada selain Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah saw: “Barangsiapa yang bersumpah, maka hendaknya ia bersumpah dengan nama Allah atau hendaknya (lebih baik) ia diam” (HR. Abu Dawud)

إذ طلع علين رجل

Dia datang secara tiba-tiba, sedang mereka tidak tahu darimana ia datang.

فأخبرني عن أمارتها

Amarah dengan memfathahkan hamzah, maksudnya disini adalah tanda-tanda yang menunjukkan dekatnya hari kiamat.

أن تلد الأ مة ربتها

Rabbah di sini adalah makhluq hidup (manusia) yang mencakup laki-laki dan perempuan. Adapun maksudnya banyak sekali pendapat di antaranya adalah:

-          Itu adalah kiasan akan banyaknya anak-anak yang di lahirkan dari wanita gundik, karena anaknya, yang karena anak dari tuanya berkedudukan sebagai tuanya sehingga hartanya menjadi hak anaknya. Pendapat ini lemah karena hal itu banyak terjadi pada zaman Rasulullah saw.

-          Ada yang mengatakan bahwa itu adalah gambaran akan buruknya sebuah kondisi dimana banyak sekali ibu yang menjual anaknya. Ketika anak menjadi besar, ia membeli ibunya sendiri sedang ia tidak menyadarinya. Pendapat ini juga sama lemahnya dengan pendapat di atas.

-          Pendapat yang lain mengatakan bahwa maknanya adalah sahaya wanita melahirkan raja-raja sehingga ibunya menjadi bagian dari rakyatnya.

-          Adapun makna yang lebih baik dari itu semua adalah sebuah gambaran akan banyaknya anak-anak yang durhaka kepada ibunya, sehingga seakan-akan anak itu adalah majikanya.

يتطاولون فى البنيان

Berlomba-lomba untuk meninggikan bangunan dan bermegah-megahan.

Fiqih Hadits

1.             Madzab Qadariyah, syubhat mereka dan bantahan atas mereka serta hukum orang yang mengambil pendapat mereka.

Madzab Ma’bad Al-Juhany dan para pengikutnya mengatakan bahwa Allah swt tidak mentaqdirkan sesuatu sebelumnya  dan tidak mengetahui sebelumnya, akan tetapi Allah swt mengetahuinya setelah sesuatu itu terjadi.

Al-Qahdi Iyad berkata: “Ini adalah Qadariyah pada generasi pertama yang mana mereka menafikan lebih dahulunya ilmu Allah tentang perkara seluruh makhluq, Kemudian berkata: “Barangsiapa yang mengatakan seperti ini  maka tidak di perselisihkan lagi  bahwa dia adalah kafir ”

Mereka berdusta terhadap Allah swt lewat pernyataan-pernyataan mereka yang dusta. Maha Suci Allah, Maha Tinggi lagi Maha Besar. Mereka sudah sirna, dan Qadariyah di masa-masa belakangan mulai berpendapat bahwa kebaikan berasal dari Allah. Sedangkan keburukan berasal dari selai-Nya. Maha Suci Allah dari ucapan-ucapan mereka. Rasulullah saw bersabda:

القدرية مجوس هذه الأمة

“Qadariyah adalah Majusi umat ini” (HR. Abu Dawud)

Beliau menyebut mereka sebagai Majusi karena madzab mereka menyamai madzab Majusi. Tsanawiyyah (sekte Majusi) menyangka bahwa kebaikan itu berasal dari perbuatan cahaya dan keburukan berasal dari perbuatan kegelapan, sehingga mereka menjadi Tsanawiyyah (kaum yang memililki dualisme keyakinan). Demikian Qadariyah menisbatkan kebaikan kepada Allah dan keburukan kepada selain-Nya, padahal Dialah yang menciptkan kebaikan dan keburukan.[2]

Adapun pendapat Ahlu Al-Haq mereka menetapkan taqdir Allah, yaitu Allah swt telah menetapkan segala sesuatu sejak zaman azali, mengetahui kapan sesuatu itu akan terjadi dengan sifat-sifat yang khusus dan itu semua terjadi sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan oleh Allah swt.

2.             Peristiwa turunnya Jibril kepada Rasulullah saw dan sebab kedatangannya.

Jibril turun kepada Rasulullah saw dengan berbagai bentuk yang bermacam-macam. Kadang-kadang datang seperti suara lonceng, yaitu suara yang amat kuat yang dapat mempengaruhi kesadaran, sehingga ia dengan segala kekuatanya siap menerima pengaruh itu.[3]

Kadang-kadang  datang kepada Rasulullah saw dengan wujud aslinya dan ini tidak terjadi kecuali hanya satu sampai dua kali saja. Pertama ketika turunnya wahyu yang pertama dan yang kedua ketika di sidratul muntaha.

Kadang-kadang juga datang kepada Rasulullah saw dengan menyerupai seorang laki-laki asing, sehingga menjadikan para sahabat bertanya-tanya kepada Rasulullah saw sampai-sampai Beliau merasa bingung dengan pertanyaan-pertanyaan itu hingga wajahnya memerah.[4] Maka turunlah firman Allah swt:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَسْأَلُوا عَنْ أَشْيَاءَ إِنْ تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu” (QS. Al-Maidah: 101)

3.             Hakikat iman dan islam serta segala sesuatu yang terkait dengannya.

Para ulama berbeda pendapat tentang hakikat iman dan islam, bertambah dan berkurangnya, dan tentang hubungan antara iman dan islam di antaranya:

Pertama: Al-Karamiyah dan sebagian Murji’ah mengklaim bahwasanya iman adalah mengucapkan dengan lisan tanpa keyakinan dalam hati. Keyakinan mereka ini dengan berlandaskan sabda Rasulullah saw:

عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلَّا بِحَقِّ الْإِسْلَامِ وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ

“Dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah saw telah bersabda: "Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi; tidak ada ilah kecuali Allah dan bahwa sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat. Jika mereka lakukan yang demikian maka mereka telah memelihara darah dan harta mereka dariku kecuali dengan haq Islam dan perhitungan mereka ada pada Allah" (HR. Bukhari)

Keyakinan ini jelas bathil, karena para ulama telah sepakat bahwasanya orang-orang Munafik itu kafir meskipun mereka telah mengucapkan dua kalimat syahadat dengan, hal ini berdasarkan firman Allah swt:

Ÿوَلَا تُصَلِّ عَلَى أَحَدٍ مِنْهُمْ مَاتَ أَبَدًا وَلَا تَقُمْ عَلَى قَبْرِهِ إِنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَاتُوا وَهُمْ فَاسِقُونَ

“Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka Telah kafir kepada Allah dan rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik” (QS. At-Taubah: 84)

Kedua: Orang-orang Khawarij mengklaim bahwa ahlu maksiat itu kafir, meskipun mereka menyakini dalam hatinya dan mengucapkan dengan lisannya. Adapun orang-orang Mu’tazilah mengatakan bahwasanya ahlu maksiat itu bukanlah termasuk orang-orang yang beriman meskipun mereka menyakini dalam hatinya dan mengucapkan dengan lisanya, sebagaimana pula mereka juga tidak kafir.

Ketiga: Adapun dalam Ahlu Sunnah wal Jama’ah ada tiga pendapat yang terkenal yaitu:

-       Sebagian besar golongan Mutakallimin mengatakan bahwa iman adalah pembenaran saja.

-       Sebagian ulama yang lain mengatakan bahwa iman adalah pembenaran dan iqrar (pengucapan). Inilah yang kemudian terkenal dengan istilah Murji’atul Fuqaha’.

Kelompok ini kebanyakan pengikutnya adalah ahli Kufah, seperti Abu Hanifah ra beserta pengikutnya. Dan pertama kali yang mengatakan bahwasanya amal (perbuatan) itu tidak termasuk pada iman adalah Hamad bin Abi Sulaiman gurunya Imam Abu Hanifah, dalam hal ini Abu Hanifah memiliki dua riwayat pada pengertian iman:

1.         Bahwasanya iman adalah menyakini dengan hati dan pengucapan dengan lisan, pendapat ini yang kebanyakan dianut oleh pengikutnya.

2.         Bahwasanya iman adalah menyakini dengan hati saja, adapun pengucapan dengan lisan merupakan rukun penyempurna diluar dari pengertian iman. Riwayat ini sependapat dengan perkataan Maturidiyah yang mengatakan bahwa iman itu meyakini dengan hati saja.

Penurut ahli hadits dan ahli atsar sebenarnya mereka sama dengan Ahlu Sunnah wal Jama’ah dalam banyak masalah, akan tetapi mereka berbeda dalam hal yang pokok dalam masalah agama ini, diantaranya adalah dalam masalah iman, inilah penyebab disandarkannya panggilan Murji’atul Fuqaha’.[5]

Dipahami Murji’ah dikarenakan perkataan mereka mengenai iman seperti perkataan Murji’ah, mereka tidak memasukkan amal dalam keimanan, adapun pada hakekatnya sama. Dan dinamakan Murji’atul Fuqaha’ dikarenakan mereka kalangan Fuqaha’.

-       Adapun mayoritas ulama salaf mengatakan bahwa iman adalah pembenaran, iqrar dan amalan.

4.             Hakikat ihsan dan tingkatan-tingkatanya.

Ihsan secara bahasa adalah amalan yang sungguh-sungguh, menyempurnakanya dan mengikhlaskanya. Sedangkan secara istilah adalah menyembah Allah seakan-akan melihat-Nya dan jika tidak melihat-Nya maka Allah swt melihatnya.[6] Allah swt berfirman:

وَتَوَكَّلْ عَلَى الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ (217) الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ (218) وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ (219) إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (220)

 “Dan bertawakkallah kepada (Allah) yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sembahyang), Dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud. Sesungguhnya dia adalah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Asy-Syuara’ : 217-220)

وَمَا تَكُونُ فِي شَأْنٍ وَمَا تَتْلُو مِنْهُ مِنْ قُرْآَنٍ وَلَا تَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ إِلَّا كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُودًا إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ

“Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al-Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. (QS. Yunus: 61)

 Rasulullah saw telah menjelaskan bahwa islam itu dengan perkataan dan perbuatan yang dhzahir, iman dengan rukun yang bathin adapun ihsan adalah memperbagus yang dzahir dan yang bathin, adapun cakupan dari pada itu semua disebut dengan agama.[7]

Adapun seorang hamba dalam beribadah mempunyai tiga tingkatan:

Pertama: Melaksanakanya hanya sekedar untuk menggugurkan kewajiban yaitu terpenuhinya syarat dan rukunnya.

Kedua: Melaksanakanya dengan perasaan bahwa Allah menyaksikanya, dan ini adalah tingkatan muraqabah.

Ketiga: Melaksanakanya dengan khusyu’ seakan-akan dia melihat Allah, dan ini adalah tingkatan Rasul saw.

5.             Membahas tentang hari kiamat

Pengetahuan tentang kapan waktu terjadinya kiamat tidak diketahui kecuali oleh Allah swt. Firman Allah swt:

يَسْأَلُكَ النَّاسُ عَنِ السَّاعَةِ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ السَّاعَةَ تَكُونُ قَرِيبًا

“Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu Hanya di sisi Allah". dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya” (QS. Al-Ahzab: 63)

Sesungguhnya penafian pengetahuan Rasulullah saw tentang datangnya hari kiamat cukup dengan sabdanya:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةُ كَهَاتَيْنِ

“Dari Abu Hurairah dari Nabi saw bersabda: "Aku diutus dan jarak antara aku dan kiamat bagai dua ini" (HR. Bukhari)

Dalam hadits ini Rasulullah mununjuk dengan jari telenjuk dan jari tengahnya. Adapun maksud dari pada hadits tersebut adalah bahwasanya Nabi saw adalah Nabi yang terakhir dan tidak ada Nabi setelahnya kemudian setelah itu  adalah hari kiamat.

Tanda-tanda kiamat yang disebutkan oleh Rasulullah saw adalah tanda-tanda kiamat sughra dan itu banyak sekali di antaranya; diangkatnya ilmu dan munculnya kebodohan, banyaknya perzinaan dan minum khamr.

Termasuk juga, tersingkapnya sungai Eufrat dan terlihatnya gunung emas, ditaklukkanya Konstantinopel tanpa senjata, peperangan melawan Turki, peperangan melawan Yahudi dan kemenangan Muslim atas mereka. Kemudian juga, munculnya Al-Mahdi, yaitu seorang lelaki dari Ahlul Bait yang Allah kuatkan agama dengan keberadaanya, dan menebarkan keadilan di muka Bumi yang sebelumya terpenuhi oleh kedzaliman dan kerusakan. Beliua berkuasa selama tujuh tahun, pada masanya umat mendapatkan kenikmatan yang berlimpah yang tidak mereka terima sebelumnya. Beliau muncul dari timur kemudian di baiat di Baitullah.[8]

Dan tujuan dari pada penyebutan tanda-tanda kiamat sughra adalah sebagai isyarat akan dekatnya hari kiamat untuk memotivasi manusia agar beramal shaleh karena takut kiamat akan datang secara tiba-tiba. Allah swt berfirman:

 وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ السَّاعَةَ تَكُونُ قَرِيبًا

“Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya.” (QS. Al-Ahzab: 63)

Dan firmanya:

لَا تَأْتِيكُمْ إِلَّا بَغْتَةً

“Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba.”(QS. Al-A’raf: 187)

Adapaun tanda-tanda kiamat qubra adalah sebagaimana sabda Rasulullah saw:

إِنَّهَا لَنْ تَقُومَ حَتَّى تَرَوْنَ قَبْلَهَا عَشْرَ آيَاتٍ فَذَكَرَ الدُّخَانَ وَالدَّجَّالَ وَالدَّابَّةَ وَطُلُوعَ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا وَنُزُولَ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيَأَجُوجَ وَمَأْجُوجَ وَثَلَاثَةَ خُسُوفٍ خَسْفٌ بِالْمَشْرِقِ وَخَسْفٌ بِالْمَغْرِبِ وَخَسْفٌ بِجَزِيرَةِ الْعَرَبِ وَآخِرُ ذَلِكَ نَارٌ تَخْرُجُ مِنْ الْيَمَنِ تَطْرُدُ النَّاسَ إِلَى مَحْشَرِهِمْ

“Kiamat tidaklah terjadi hingga kalian melihat sepuluh tanda-tanda sebelumnya." Beliau menyebutkan kabut, Dajjal, binatang, terbitnya matahari dari barat, turunnya Isa bin Maryam as, Ya'juj dan Ma'juj, tiga gerhana; gerhana di timur, gerhana di barat dan gerhana di Jazirah Arab dan yang terakhir adalah api muncul dari Yaman menggiring manusia menuju padang Masyar” [9]

Ibnu Rasyad berkata: “Para ulama telah sepakat bahwa tanda-tanda kiamat qubra adalah munculnya kelima tanda tersebut, adapun lima yang lainya masih diperselisihkan yaitu terjadinya gerhana di timur, gerhana di barat, gerhana di Jazirah Arab, asap, dan keluarnya api dari Yaman”.[10]

6.             Hukum-hukum yang bisa diambil dari hadits.

-          Adab jama’ah dalam perjalanan bersama orang yang lebih utama diantara mereka.

-          Mengemukakan alasan dengan baik ketika mempertimbangkan suatu aib.

-          Kedudukan salaf dalam pengingkaran terhadab bid’ahan.

-          Mengingat-ingat ilmu di jalan akan tetapi sebagian memakruhkan dan yang benar adalah diperbolehkan.

-          Disunnahkan memperbagus penampilan ketika menghadiri majlis-majlis ilmu sebagaimana Jibril as.

-          Hendaklah orang yang berilmu bersikap baik kepada orang yang bertanya.

-          Diperbolehkan bertanya sesuatu yang sudah diketahui agar supaya di dengarkan oleh yang lainya.

-          Hendaklah orang yang berilmu dan seorang mufti ketika ditanya tentang suatu perkara yang tidak diketahuinya mengatakan saya tidak tahu, karena itu tidak mengurangi kehormatanya bahkan itu menunjukkan kewara’an dan ketaqwaanya.

-          Sesungguhnya iman, islam dan ihsan semuanya disebut dengan dien.

-          Sesungguhnya para Malaikat boleh manampakkan diri kepada selain Nabi saw.

-          Sesungguhnya pertanyaan yang bagus itu disebut dengan Ilman wa Ta’liman yang populer dengan “pertanyaan yang bagus adalah separuh dari ilmu”.[11]



Daftar Pustaka

1.    Siyar Al-A’lam An-Nubala’, Imam Adz-Dzahabi, (Bairut: Dar Al-Fikr, 1417 H/1997 M). cet. Ke-I, juz 1.

2.    Syarah Arba’in An-Nawawi, Al-Imam An-Nawawi, at al., ter. Ahmad Saiykhu, S. Ag,  (Jakarta: Darul Haq, 1429H/ 2008 M), cet. Ke-III.

3.    Mabahits fie Ulum Al-Qur’an, Manna’ Al-Qathan, (Surabaya: Hidayah, 1393 H/1973)

4.    Fathu Al-Mun’im Syarh Shahih Muslim, Prof. DR. Musa Sahin Ar-Rasin, (Kairo: Dar As-Syuruk, 1429 H/2008 M), cet. Ke-II, juz 1.

5.    Muhtashar Ma’arijul Qabul, Syaikh Hafidz bin Ahmad Al-Hakimi, (Kairo: Dar As-Safwah, 1427 H/2006 M), cet. Ke- XI.

6.    Syarah Al-Aqidah At-Thahawiyyah, Shaleh bin Abdul ‘Aziz, (Maktabah Syamilah)

7.    Ensiklopedi Islam Al-Kamil, Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri, ter. Ahmad Munir Badjeber, M. Ag, at. al., (Jakarta: Darus Sunnah: 2007M), cet. Ke-II.


[1]  Imam Adz-Dzahabi, Siyar A’lam An-Nubala’ (Bairut: Dar Al-Fikr, 1417 H/1997 M). cet. Ke-1, juz 1, hal. 509.

[2]  Al-Imam An-Nawawi, at al., Syarah Arba’in An-Nawawi, ter. Ahmad Saiykhu, S. Ag,  (Jakarta: Darul Haq, 1429H/ 2008 M), cet. Ke-III, hal. 36.

[3]  Manna’ Al-Qathan, Mabahits fie Ulum Al-Qur’an, (Surabaya: Hidayah, 1393 H/ 1973), hal. 39.

[4]  Prof. DR. Musa Sahin Ar-Rasin, Fathu Al-Mun’im Syarh Shahih Muslim, (Kairo: Dar As-Syuruk, 1429 H/2008M), cet. Ke-II, juz 1, hal. 28.

[5] Shaleh bin Abdul ‘Aziz, Syarah Al-Aqidah At Thahawiyyah, Hal. 8 (Maktabah Syamilah)

[6] Syaikh Hafidz bin Ahmad Al-Hakimi, Muhtashar Ma’arijul Qabul, (Kairo: Dar As-Safwah, 1427 H/2006 M), cet. Ke- XI, hal. 309.

[7] Ibid.

[8]  Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri, Ensiklopedi Islam Al-Kamil, ter. Ahmad Munir Badjeber, M. Ag, at. al., (Jakarta: Darus Sunnah: 2007M), cet. Ke-II,  hal. 160.

[9] HR. Muslim

[10]  Prof. DR. Musa Sahin Ar-Rasin, hal. 32.

[11]  Ibid, hal. 11-33.

0 komentar

Posting Komentar