INVASI BANGSA TARTAR

Diposting oleh Ahsanul Huda Minggu, 09 Mei 2010

Oleh: Ahsanul Huda

TARTAR adalah komutitas suku yang tinggal di asia Tengah di antara danau Baikal dan pegunungan Altani yang merupakan anak gunung yang berpusat di antara rusia dan cina

A. Sebab-sebab Invasi bangsa tartar

             Pemimpin bangsa tartar, jenghis Khan mengirim delegasi para penguasa dengan membawa harta yang banyak ke negeri Khawarizm Syah Muhammad untuk membeli baju produk Negara Khawarizm Syah Muhammad. Wakil Khawarizm Syah Muhammad melihat bahwa harta yang di bawa delegasi para pengusaha tersebut banyak sekali kemudian ia kirim surat kepada rajanya-Khawarizm Syah Muhammad-tentang hal itu. Sepertinya ia merayu raja untuk merampas harta tersebut. Raja Khawarizm Syah Muhammad terbujuk oleh surat wakilnya lalu berambisi mendapatkan harta yang di bawa delegasi pengusaha tersebut.

             Ia perintahkan wakilnya intuk membunuh seluruh delegasi pengusaha tersebut dan merampas hartanya. Perintah tersebut di laksanakan oleh wakilnya. Peristiwa ini terdengar oleh jenghis Khan lalu ia mengirim surat ancaman kepada raja Khawarizm Syah.

             Sesungguhnya Raja Khawarizm Syah Muhammad telah melakukan kesalahan besar dengan menyuruh wakilnya membunuh delegasi pengusaha jenghsi Khan. Tindakan tersebut tidak di benarkan oleh agama dan moral.

              Kesalahan Raja Khawarizm Syah Muhammad tidak hanya seperti di atas, ternyata ia menyiapkan pasukan kemudian menyerang Negara tartar yang ketika itu sedang sibuk berperang melawan Negara tetangga ( Kasyla Khan).

              Dan secara tidak terduga Raja Khawarizm Syah Muhammad menyerang Negara jenghis Khan, merampas kekaya’an negaranya dan menawan kaum wanita dan anak-anak,

              Tindakan konyol Raja Khawarizm Syah Muhammad memancing emosi bangsa tartar. Jenghis Khan tidak tinggal diam. Ia siapkan pasukan gagah berani kemudian menyeberang sungai jihun dengan tujuan Khawarizm. Kedua pasukan bertemu kemudia berperang sengkit meledak di antara keduanya dan berlangsung maraton selama empat hari. Pasukan tartar bertempur untuk membebaskan wanita-wanita dan anak-anak yang tertawan kaum muslimin sementara kaum muslimin bertempur untuk meredam gerak laju pihak musuh sehingga tidak menguasai negaranya dan tidak menawan kaum wanitanya dan anak-anaknya.

              Banyak korban berjatuhan dari kedua belah pihak hingga kuda tergelincir ke lautan darah para korban. ( jumlah korban kaum muslimin kurang lebih dua puluh ribu dan korban dari tartar lebih besar beberapa kali lipat dari jumlah korban kaum muslimin.[1]

              Setelah itu kedua belah pihak memilih mundur dan pulang kembali ke negaranya masing-masing untuk bersiap-siap menghindari perang kedua.

B. Permula’an perang melawan kaum muslimin ( 616 H/1219 M )

              Kasus pembunuhan delegasi pengusaha jenghis Khan memicu perang antara  jenghis khan melawan khawarizm syah Muhammad. Pembunuhan duta Negara menambah panas api di dada bangsa Tartar. Kemudian jenghis Khan menyiapkan pasukan untuk memerangi kaum muslimin dan menguasai negaranya.

              Sebelum ini pernah saya katakan bahwa bangsa tartar menyeberangi sungai jihun kemudian terlibat pertempuran sengit dengan kaum muslimin selama empat hari.Korban berguguran dari kedua belah pihak. Setelah itu, kedua belah pihak memilih mundur. Mundur bukan berarti pertempuran telah selesai. Ia hanya keheningan menjelang datangnya badai. Buktinya tidak lama setelah itu, kedua belah pihak bertempur lagi untuik batas waktu dan hasilnya hanya Allah SWT yang mengetahuinya.

            Khawarizm syah Muhammad bertolak menuju Bukhara dan Samarkand. Ia bangun benteng pertahanan di dalamnya dan dijaga oleh pasukan besar yang jumlahnya mencapa dua puluh ribu personil.[2]Setelah itu,ia pulang ke Negerinya untuk menyiapkan pasukan yang lain dalam rangka menghadapi pasukan Tartar.

            Jenghis Khan telah siap dengan tentaranya kemudian bertolak menuju Bukhara dan mengepungnya selama tiga hari berturut-turut. Warga Bukhara terjepit dengan pengepungan pasukan Jenghis Khan lalu meminta jaminan keamanan padanya. Jenghis Khan bersedia memberikan jaminan keamana kepada warga Bukhara dan kemudian ia dan pasukannya memasuki Bukhara. Namun jaminan keamana yang ia janjikan kepada warga Bukhara adalah tipuan belaka. Langkah pasukan Jenghis Khan untuk meneobos jauh ke dalam kota terhalang oleh benteng pertahanan kota. Ia kepung dengan ketat pertahanan tersebut dan ia sertakan warga kota Bukhara untuk menghancurkan parit yang melindungi kota Bukhara. Pasukan Tartar melemparkan mimbar-mimbar Masjid, Al-Qur’an dan buku-buku kedalam parit agar bias menyeberang ke dalam benteng pertahanan. Setelah dikepung berturut-turut selama sepuluh hari,benteng pertahanan itupun jebol. Pasukan Tartar membunuh semua orang yang ada di Kota Bukhara dan merampas harta para pengusaha setempat. Jenghis Khan membebaskan pasukannya untuk berbuat apa saja yang mereka sukai. Mereka membunuh banyak sekali warga kota Bukhara, menahan para wanita dan Anak-anak, memperkosa para wanita di depan keluarganya. Ada yang melawan untuk mempertahankan istrinya hingga terbunuh dan ada yang menjadi tawanan perang kemudian disiksa dengan berbagai bentuk penyiksaan.

            Pasukan Tartar membakar ludes perumahan,Masjid dan sekolah.Mereka tinggalkan Bukhara ibarat kemah yang hancur berantakan.Pda tahun yang sama 616 H/1219 M pada saat pasukan Tartar mengamuk di Bukhara,pasukan Salib juga menyerbu kota Dimyath. Sebagaimana yang dilakukan pasukan Tartar di Bukhara,pasukan Salib juga menipu warga Dimyath,membunuh orang laki-lakinya menawan wanita dan anak-anak,memperkosa wanita Muslimah,mengirim mimbar Masjid, Al-Qur’an dan kepala kaum muslimin yang terbunuh ke Al-Jazair dan mengubah Masjid menjadi Gereja.[3]

            Keseluruhan peristiwa di atas tidak mungkin terjadi secara kebetulan atau secara tidak di sengaja waktunya bersamaan.sebab pasukan Salib tetap berada di tempat mereka menandatangani perdamaian dengan Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi. Sejak di tandatanginya perdamaian, pasukan Salib tidak beranjak dari tempatnya dan tidak mau terlibat  perang dengan kaum muslimin. Kenapa penyerbuan pasukan salib terhadp kota Dimyath di lakukan berbarengan dengan peryerbuan kota Bukhara oleh pasukan Tartar? Ini membuktikan bahwa pasukan salib bersekongkol dengan pasukan mongol pada peperangan yang super hebat tersebut. Agar sultan di mesir memberikan bantuan yang di perlukan kaum muslimin dalam menghadapi serbuan brutal tersebut.

               Bukti di atas di perkuat dengan fatwa bahwa khalifah meminta raja Al-jazair Asyraf untuk memimpin pasukan melawan pasukan yang telah dia siapkan untuk menghadapi pasukan tartar. Raja Asyraf tidak dapat memenuhi perminta’annya khalifah dan ia katakan kepada beliau, “ bahwa saya sendiri sedang dalam perjalanan menemui saudaranya Kamil di mesir karena kaum muslimin di sana terancam oleh kedatangan pasukan perancis yang notabene Kristen. Keberhasilan mereka menguasai Dimyath berarti menguasai wilayah mesir secara keseluruhan.[4]

              Begitulah pihak musuh menggalang kerjasama dan bersatu padu mengelurkan dana yang tidak sedikit jika mangsanya adalah islam dan kaum muslimin.

C. Ivansi pasukan tartar terhadap negeri-negeri islam

              Pasukan islam dan pasukan Tartar telah siap untuk memulai perang babak baru. Jenghis Khan bertolak menuju Bukhara yang di kawal dua puluh ribu personel pasukan islam dan ia berhasil mengalahkan mereka. Bukhara ia hancurkan. Wanita dan anak-anak ia tawan. Dari bukhara, jenghis Khan berjalan menuju samarkand yang di jaga lima puluh ribu personel pasukan islam. Kekalahan pasukan islam di bukhara meruntuhkan semangat tempur pasukan islam di samarkand hingga akhirnya mereka tidak mampu menghadang gerak laju pasukan tartar. Kaum muslimin di Samarkand mendapatkan suntikan pasukan tambahan yang berkekuatan tujuh puluh ribu personel yang terdiri dari rakyat sipil. Jumlah pasukan yang banyak tersebut juga berhasil di kalahkan pasukan tartar. Kekalahan kaum muslimin samarkand sangat wajar karena mereka tidak berlatih dan tidak mempunyai persenjata’an yang memadai untuk menghadapi pasukan setangguh pasukan Tartar. Kaum muslimin samarkand berangkat perang dengan modal semangat membela tanah airnya. Kekalahan mereka menambah kecemasan tentara islam kemudian menyerah kalah. Pasukan tartar merampas semua senjata mereka dan apa saja yang bisa dipakai untuk membela harga diri dan tanah airnya kemudian membunuh mereka semuanya. Tak cukup dengan itu, pasukan tartar merampas, merampok dan menawan. Itulah kebiasa’an mereka ketika berhasil menaklukkan suatu negeri.

              Kekalahan berurutan pasukan islam di dengar oleh Khawarizm Syah Muhammad lalu ia lari ke wilayah sekitar sungai jijun. Ia menyangka bahwa ia telah selamat dari kejahatan pasukan tartar. Khawarizm syah Muhammad berusaha menyusun kembali pasukannya untuk menantang pasukan tartar dan melidungi wilayahnya dari invasi pasukan tartar. Jenghis khan bukankah orang bodoh, ia kirim pasukan rahasia yang berkekuatan dua puluh ribu personel untuk mencari Khawarizm Syah Muhammad. Jenghis Khan berkata kepada pasukannya, carilah Khawarizm syah Muhammad!kejar dia meskipun dia bergantung di langit!”

              Kemudia pasukan khusus tersebut melacak Khawarizm Syah Muhammad dan berhasil menemukan tempat persembunyiannya. Mereka terhalang oleh sungai dan tidak mendapatkan perahu untuk menyeberang sungai tersebut. Mereka tidak kehabisan akal lalu mereka membuat kotak dan memenuhinya dengan seluruh senjatanya. Setiap orang dari mereka melepaskan keduanya ke sungai ia memegang ekor kudanya dengan salah satu tangannya dan tangan satunya di pakai memegang kotak yang berisi senjata. Berikutlah kuda-kuda mereka menyeberangi sungai dan mereka berada  di belakang kuda-kuda tersebut.

             Khawarizm Syah Muhammad kaget bahwa pasukan tartar memburunya. Ia lari ke nisabur dan pasukan Tartar terus memburunya. Setiap kali Khawarizm Syah Muhammad lari ke suatu tempat dan berusaha menyusun kekuatan, pasti di ketahui pasukan tartar. Khawarizm Syah Muhammad terus berlari dari kejaran pasukan Tartar. Ia terus lari sementara pasukan tartar sendiri tidak henti-hetinya mengejarnya hingga ia menyeberangi laut Tibristan. Ia memanjat benteng pertahanan pulau tersebut dan di situ Khawarizm Syah Muhammad menghembuskan nafas terakhirnya. [5]

1.  Jenghis Khan di Samarkand

              Setelah berhasil menaklukan samarkand dengan mudah, jenghis Khan mendirirkan kemah dan bermarkas di sana. Dan kemah tersebut, ia mengirim pasukan ke seluruh penjuru. Ia kirim pasukan ke Khurasan. Pasukan yang lain ka kirim ke Ray dan dalam  perjalanan menuju Ray mereka berpapasan dengan ibu raja Khawarizm Syah Muhammad yang sedang membawa harta yang banyak termasuk benda-benda yang berharga yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya kemudian mereka merampaskannya.

              Setelah itu, meeka masuk kota Ray tanpa sepengetahuan warganya. Mereka bunuh warga kota Ray, merampok dan menawan warga yang masih hidup. Dari Ray mereka bertolak menuju kota Hamdan kemudian Qazwin dan merampok kekaya’an warganya serta membantai warganya kurang lebih empat puluh ribu jiwa.

            Dari Qozwin, pasukan tartar bertolak menuju Azerbeijan yang ketika itu di perintah oleh Azbek bin Bahlawan. Jauh-jauh hari sebelumnya Azbek bin Bahlawan siap berdamai dengan pasukan Tartar. Ia menemui mereka dengan membawa umeti dan hadiah-hadiah lainya. Pasukan tartar menerima upeti dan hadiah pemberian raja Ajbek bin Bahlawan. Mereka membiarkan raja Azbek bin Bahlawan hanyut dalam minuman keras,mengerjakan kemaksiatan dan tenggelam dalam lautan syahwat.[6]

            Dari Azerbeijan, pasukan tartar pergi menuju mauqun. Kedatangan mereka di hadang oleh warganya yang berkekutan sekitar sepuluh ribu personil, namun mereka mampu bertahan hanya sekejap mata. Warga Azerbeijan tidak menyerah begitu saja. Mereka menyusun pasukan baru lalu melawan pasukan Tartar untuk kedua kalinya. Pasukan islam tetap pantang menyerah. Mereka terus mengadakan perlawanan dengan segenap kemampuannya. Pasukan tartar melihat bahwa pasukan islam memiliki semangat tempur yang tinggi untuk melanjutkan perlawanannya. Menghadapi fakta tersebut, pasukan tartar memilih meninggalkan mereka dan lebih baik pergi menuju Tibriz. Di Tibriz, pasukan tartar berdamai dengan warga kota Tibriz dengan kompensasi warga Tibriz menyerahkan sejumlah uang. Pasukan tartar menerima tawaran warga Tibriz. Dari Tibriz, pasukan tartar bertolak menuju maraghah, kemudian mengurungnya dan menyerangnya dengan senjata lempar manjaniq. Setelah pengurungan beberapa hari, pasukan tartar berhasil menaklukkan Maraghah. Mereka bunuh warga kota maraghah dan hanya Allah yang tahu berapa jumlah mereka yang di bunuh teresebut.

            Pasukan tartar berhasil mengantongi rampasan perang yang banyak sekali. Mereka menawan, merampas dan merampok seperti biasanya. Semoga Allah melaknat mereka dan memasukkan mereka ke dalam neraka jahanam. [7]

*      Pasukan tartar tiba di markas khalifah di irak. Untuk menghadapinya, khalifah menyusun pasukan yang berkekuatan sepuluh ribu personel.ketika itu pasukan Tartar sudah berada di kota Arbil dan kaum muslimin terjepit oleh karenannya. Lalu khalifah menulis surat kepada sultan Asyraf penguasa Al-jazair untuk memimpin pasukan melawan pasukan Tartar. Sultan Asyraf membalas surat khalifah dan menyatakan ma’af karena tidak bias memenuhi keinginan khalifah karena ia sendiri akan pergi ke mesir untuk membantu saudaranya Al-Kamil karena pasukan prancis telah tiba di Dimyath. Lalu khalifah menulis surat kepada mudzaffar Arbil dan mengirimkan pasukan kepadanya. Namun ketakutan telah menyelimuti mayoritas besar manusia maka tidak heran kalau yang berhasil tiba di Mudzaffar hanya delapan ratus pasukan kavaleri dan puluhan ribu personel. Allah Maha adil karena setelah itu, pasukan tartar berubah pikiran dan kemudian bertolak menuju Hamda.

2. Pasukan Tartar Di Azerbeijan

            Pasukan tartar bermaksud menuju Azerbiejan. Mereka menaklukkan Ardabil kemudian Tibriz kemudian balkan. Di Balkan, mereka membunuh manusia banyak sekali dan membakarnya. Mereka memperkosa wanita-wanita kemudian membunuhnya dan membelah perutnya untuk mengeluarkan bayi yang dikandungnya.

            Setelah itu, mereka menaklukkan banyak negri dan membunuh jumlah manusia yang banyak sekali, menawan para wanita dan orang-orang laki-laki yang kemudian mereka menfaakan untuk mendobrak benteng pertahanan musuhnya dan menjadikan mereka sebagai pagar hidup bagi mereka. Jika ada di antara yang selamat setelah peperangan maka ia langsung di bunuh.

3. Pasukan Tartar Di Negri-Negri Kaukakus

            Negri-negri Kaukakus adalah bagian dari negri Rusia. Dikawasan tersebut terdapat negara Dangistan dan Jarkis. Para sejarawan dulu menamakanya dengan Qabjan. Ibnu Katsir berkata "Kemudian pasukan Tartar berjalan menuju wilayah Lan dan Qabjan. Mereka bertempur melawan warga setempat dalam peperangan yang hebat. Mereka menghancurklan pasukan negara tersebut dan bermaksud menuju kota terbesar negara Qabjan yaitu Saudaq. "Kata Ibnu katsir lebih lanjut, Qabjan meminta perlindungan dalam menghadapi pasukan Tartar. Lalu terjadilah perang dan pasukan Tatar berhasil mengalahkan pasukan Koalisi."[8]

            Kemenangan demi kemenangan yang mengagumkan tersebut menimbulkan kepanikan dan kecemasan serta ketakutan dalam hati sebagian besar orang. Hingga dikisahkan bahwa seraus bahwa seratus personel tidak mampu mengalahkan satu orang pasukan tartar. Ibnu Atsir menceritakan bahwa salah seorang pasukan Tartar berjalan di salah satu jalan kota Maraghah tidak lama setelah penaklukanya. Di jalanan tersebut ketika itu ada ada seratus orang dan tak seorang pun dari seratus orang tersebut yang berani  mengahadipinya. Orang Tartar tersebut membununuh satu demi satu hinga akhirnya dapat membunuh seluruhnya. Jalan tersebut berhasil ia kuasai sendirian.

            Ibnu Atsir menambahkan," Salah seorang pasukan wanita dari Tartar menyamar seperti laki-laki mamasuki satu rumah penduduk dan membunuh semua orang yang ada di rumah tersebut sendirian. Kemudian salah seorang tawananya tahu bahwa ia adalah seorang wanita kemudian membunuhnya."[9]

            Ibnu Atsir Rahimahullah hampir tidak percaya terhadap apa yang ia kisahkan sendiri tentang horor tersebut dan tragedi kekalahan memalukan yang menimpa kaum muslimin. Kata Ibnu Atsir," Pasukan Tartar melakukan kekejaman yang belum pernah terdengar dalam sejarah sebelum ini dan sesudahnya. Satu Batalyon keluar dari perbatasan Cina dan sebelum sampai setahun mereka berhasil menembus perbatasan Cina dan belum sampai setahun mereka berhasil menembus perbatasan Armenia serta tiba di Iraq lewat jalur Hamdan.

            Demi Allah, saya tidak ragu bahwa generasi setelah kami jika melihat peristiwa tersebut tercatat dalam sejarah, maka pasti mereka tidak akan mempercayainya dan menganggapnya mustahil terjadi. Ia dapat di benarkan dalam hal ini. Tetapi jika ia menganggapnya sesuatu yang mustahil, maka hendaklah ia melihat bahwa kami dan seluruh sejarawan pada zaman kami telah mencatat peristiwa tersebut dan setiap orang pada zaman tersebut tahu dengan jelas jalanya peristiwa di atas. Peristiwa di atas diketahui semua orang yang pandai dan bodoh karena benar-benar peristiwa besar. Allah memberi kemudahan bagi kaum muslimin dan bagi islam sendiri sehingga ada saja orang yang hafal peristiwa di atas.[10]

4. Jatuhnya Baghdad dan Terbunuhnya Khalifah

       Pada tahun 642 H/1244M, khalifah dinasti Abbasiyah, Mu’thasim Billah mengangkat perdana mentri dari aliran syi’ah Rafadh. Perdana mentri rafadh ini berambisi merampas tahta khalifah dari tangan bani abbasiyah  kemudian menyerahkanya kepada dinasti fathimiyah dan kesempatan emas untuk tujuan tersebut, ia dapatkan pada saat pasukan tartar menyerbu wilayah-wilayah islam. Ia  aktif mengadakan kontak dan kerespondensi dengan pasukan tartar dan mendukung mereka menyerang Baghdad.

       Perdana mentri rafadh Ibnu al-Qami ahirnya berhasil merayu pasukan tartar untuk menyerang Baghdad. Ia sarankan khalifah mu’tashim mengirimkan hadiah-hadiah yang berharga kepada Hulako Khan agar ia membatalkan rencananya untuk menyerang Baghdad. Beberapa pembantu dekat Khalifah Mu’tashim mengusulkan agar hadiah-hadian tersebut tidak terlalu mewah dan tidak terlalu berlebih-lebihan dalam menanggapi ancaman Hulako Khan.

     Khalifah Mu’tashim sependapat dengan usulan pembantunya tersebut untuk mengirimkan hadiah-hadiah yang tidak berharga dalam pandangan Hulako Khan. Tampaknya perdana mentri rafadh telah menginformasikan kepada Hulako Khan rencan khalifah dengan pembantunya. Hulako Khan mengirim surat kepada khalifah yang isinya meminta untuk mengirimkan pembantu dekatnya yang mengusulkan pemberian hadiah tersebut. Tetapi khalifah tidak menghiraukan permintaan Hulako Khan, hal ini menjadikan Hulako Khan semakain geram kepada khalifah Mu’tshim dan kaum muslimin.

       Pada awal tahun 656H/1258 M, Hulako Khan mengirim pasukannya ke Baghdad di bawah pimpinan dua amirnya sebagai pasukan awal sebelum kedatanganya. Setibanya di Baghdad, pasukan tartar mendapati Baghdad telah di jaga dengan ketat. Manjanik dipasang, senjata-senjata pertahanan telah di arahkan kepada mereka.

      Itu semua tidak mengurungkan niat pasukan Tartar untuk menyerbu Baghdad. Mereka kepung istana khlaifah Mu’tashim dan menyerangnya dengan hujan panah dari segala penjuru. Panah menyelonong masuk ke jendela istana dan membunuh pembantu khalifah Mu’tashim yang saat itu sedang bercanda dengan beliau.

       Pada tanggal 12 bulan muharram pada tahun yang sama, pasukan yang berkekuatan dua ratus ribu pesonel yang lansung di pimpin oleh Hulako Khan tiba di Baghdad. Mereka kemudian mengepung Baghdad dari dua arah barat dan timur. Ketika Hulako Khan tiba di Baghdad perdana mentri Ibnu al-Qami dengan diikuti pengikutnya, pembantunya dan kerabatnya lansung menemui Hulako Khan. Setelah itu pulang ke Baghdad dan meminta kesedian khalifah untuk bertemu dengan Hulako Khan. Selanjutnya diadakan perjanjian antara keduanya dengan persyaratan pajak pendapatan Irak di bagi menjadi dua, separo untuk Tartar dan separunya lagi untuk khalifah Mu’tashim.

     Khalifah Mu’tashim dengan kawalan tujuh ratus orang dari kalangan hakim, fuqaha’ orang-orang sufi dan pejabat tinggi Negara, keluar Baghdad. Menjelang tiba di tempat Hulako Khan, mereka tidak diperkenankan masuk. Hanya tujuh belas orang yang di perkenankan mengawal khlaifah Mu’tashim untuk bertemu dengan  Hulako Khan. Sisanya pengawal khlafah mereka bantai dn mereka rampas kekayaanya.

      Pertemuan khalifah dengan Hulako Khan sendiri tetap berjalan sesuai dengan yang dirancang. Usai pertemuan khalifah Mu’tashim kembali ke Baghdad dengan pengawalan ketat. Ia disertai menteri Ibnu al-Qami dan salah satu orangya Hulako Khan yaitu Nasiruddin at-Thusi.

       Tidak lama kemudian khalifah Mu’tasim mengrimkan hadiah yang terdiri dri emas dan barang-barang berharga lainya untuk mendapatkan simpati Hulako Khan dan meredam emosinya. Akan tetapi semua itu tidak adan gunanya bagi Hulako Khan, karena di pihak lain, Ibnu al-Qomi dan at-Thusi selalu mendesak Hulako Khan untuk menyerang Bagdad dan tidak berdamai dengan Mu’tashim bahkan menyarankan untuk membunuhnya.

       Sebenarnya Hulako Khan tidak berniat membunuh khlaifah Mu’tashim tetapi karena terus di pengaruhi oleh Ibnu al-Qomi sehingga terjadilah pembunuhan terhadap khalifah Mu’tashim. Khalifah Mu’tashim di bunuh dengan cara didepak dadanya yang ketika itu berada di atas onta. Mereka sengaja membunuh khalifah Mu’tashim seperti itu karena dengan begitu darah khalifah Mu’tashim  tidak jatuh ke bumi. Mereka yakin sepenuhnya bahwa jika dilakukan pembunuhan terhadap seseorang kemudian darahnya tercecer di atas tanah, maka mereka di tuntut atas pembunuhan tersebut.

       Pada hari rabu tanggal 14 Shafar 656 H/1258 M, khalifah Mu’tashim Billah terbunuh dalam usia empat puluh enam tahun empat bulan. Ia menjabat sebagai khalifah selama lima belas tahun delapan bulan. Anak sulungnya, Ahmad juga terbunuh dalam usia dua puluh lima tahun. Anak ketiganya juga di bunuh pasukan tartar dalam usia dua puluh tiga tahun. Sedang anak bungsunya, mubarak, jatuh menjadi tawanan bersama ketiga saudara perempuanya: Fatimah, Khadijah, dan Maryam. Dari istana khalifah Mu’tashim ada sekitar seribu gadis di tawan oleh pasukan tartar.[11]

       Pasukan tartar juga mambunuh guru Mu’tashim beserta tiga anaknya: Abdullah, Abdurrahman, dan Abdul Karim. Pasukan tartar memburu seorang dari bani Abasiyyah yang melarikan diri dengan membawa kekayaan dan istri-istrinya dan berhsil menangkapnya lalu menyemblihnya di kuburan kosong seperti menyembelih kambing. Mereka menawan anak-anak wanitanya yang mereka sukai. Pasukan tartar juga membunuh penasehat akhlak khalifah, para khatib, para imam dan penghafal al-Qur’an.

       Setelah khalifah Mu’tashim mereka bunuh, pasukan tartar masuk ke jantung kota Baghdad dan membunuh siapa saja yang bisa mereka bunuh; laki-laki, wanita, anak-anak, orang tua, anak kecil, dan anak muda. Seluruh penduduk Baghdad di kecam kepanikan. Hingga mereka masuk ke sumur-sumur atau kebun-kebun atau bersembunyi dalam lubang-lubang sampah selama berhari-hari. Ada sebagian penduduk yang mengunci rumahnya dari dalam rumah, namun pasukan tartar mendobraknya. Ada yang melarikan diri namun di kejar oleh pasukan tartar dan membunuhnya di atas atap rumah. Akibatnya air bercampur darah mengalir ke lorong-lorong kota.  Pasukan tartar mengahancurkan sekolah-sekolah dan masjid-masjid. Tidak ada yang selamat dari pembantaian  pasukan tartar kecuali orang-orang yahudi dan nasrani atau masuk kerumah Ibnu al-Qami.

     Pembunuhan massal terhadap penduduk Baghdad berlanjut selama empat puluh hari. Jumlah korban pembantaian massal mencapai seribu jiwa lebih. Tidak ada satu pun yang selamat meski telah berusaha sembunyi di sumur atau lubang sampah.

    Mereka hentikan aktivitas masjid, organisasi-organisasi dan lembaga-lembaga keilmuan selama berbulan-bulan di Baghdad.

     Sekarang Baghdad tak ubahny seperti timbunan mayat. Timbunan mayat ini kemudian di guyur hujan dari langit. Warnanya berubah dan membusuk hingga mengeluarkan bau busuk ke seantero kota Baghdad. Akibatnya timbul wabah penyakit. Wabah penyakit ke mana-mana karena tiupan angin hingga sampai ke Negara-negara syam. Banyak yang meninggal dunia karenanya. Dan lengklap sudah penderitaan manusia di sebabkan : kenaikan harga barang, tersebarnya wabah penyakit dan kematian termasuk tikaman pasukan tartar dan penyakit thaun.[12] Innalillahi wa inna ilaihi raaji’un

5. Perang  Ain Jaluth (658 H/1260 H

          Ketika Raja Damascus, Natsir mengetahui rencana pasukan tartar mengusai Negara-negar Syam, maka Raja Natsir segera melupakan permusuhanya dengan penguasa Mesir. Mudzaffar Qataz, karena ia tidak mendapat dukungan untuk menghadapi pasukan Tartar, ia perintahkan Mentri Kamaludin bin Adim ke Mesir guna meminta bantuan pasukan Mesir untuk menghadapi pasukan Tartar. Ia kabarkan kepada mereka bahwa pasukan Tartar sedang menyebrangi sungai Efrat dan talah tiba di Halb serta semakin dekat posisinya ke Negara-negara Syam.

         Mendengar informasi menteri Kamaludin bin Adim, orang-orang Mesir langsung mengadakan rapat mendadak yang dihadiri hakim agung Mesir, Badrudin Sinjari dan tidak terkecuali syekh Izzudin bin Abdussalam. Mereka membahas informasi menteri Kamaludin bin Adim dari berbagai sudut. Salah seorang peserta rapat yang mengusulkan agar Negara Mesir meminta sumbangan kepada rakyat untuk pembiyaan perang melawan pasukan Tartar. Mereka menunggu pendapat Syekh Izzudin bin Abdussalam karena beliau pemegang otoritas tertinggi dalam pengambilan keputusan dalam masalah seperti ini.

        Syekh Izzudin bin Abdussalam berkata” Jika dana yang tersedia di Baituil Mall sudah habis kemudian kalian menjual emas dan perak. Kemudian kalian berpenampilan sama dengan rakyat umum dalam pakaian kecuali dalam alat-alat perang dalam arti setiap tentara hanya di perbolehkan memiliki kuda perang yang ia naiki. Makan tidak ada salahnya menggali dana dari masyarakat.

       Setelah itu, penguasa Mesir meminta dana masyarakat untuk menghadapi musuh. Karena jika musuh telah mengancam Negara, maka rakyat seluruhnya harus memberikan harta dan nyawanya.[13]

        Penguasa Mesir ketika itu adalah Nurudin Ali yang bergelar Al-Mansyur sedang Syaifudin Qataz adalah penasehatnya. Mendengar rencana pasukan Tartar dan apa yang terjadi di Negara-negara Syam, Saifudin Qataz memecat Al-Manshur. Ia meminta maaf kepada para ulama dan para hakim agung atas tindakanya memecat Al-Manshur karena ia dihadapkan pada kondisi kritis. Dan oleh karena kaum muslimin harus memiliki pemimpin yang tangguh sehingga mampu melindungi kaum kuslimin deari gangguan musuh sementara Al-Manshur masih anak-anak yang belum mengerti bagaiman mengatur Negara.[14]

       Saifudin Qataz sadar betul bahwa pasukan Tartar pasti mengincar Mesir jika bisa menguasai Syam. Oleh karena itu, ia mengambil inisiatif mendahului mereka dan menghadang mereka sebelum mereka menyerangnya. Saifun Qataz membentuk pasukan dan menyiapkan markaz kemudian berangkat menuju Syam. Pasukan Tartar di bawah pimpinan Kathaghanuwin[15] sadar akan ringkik kuda Saifusin Qataz yang memmbahana di sekeliling lokasi mereka. Ia berunding dengan Asyraf penguasa Hims dan Mujir bin Zanki.

         Asyraf dan Mujir bin Zanki mengatakan kepada Katbaghanuwin bahwa pasukan Saifudin Qataz tangguh dan tidak ada tandinganya. Oleh karena itu, ia harus meminta bantuan pasukan kepada Hulako Khan. Katbaghanuwin tidak mau mendengar pendapat asyraf dan Mujir bin Zanki dan ngotot memulai perang secepat mungkin. Ia siapaklan pasukanya dan berangkat menuju markaz Mudzaffar Qataz dan Mudzaffar Qataz sendiri telah berangkat untuk menghadapi mereka. Akhirnya kedua belah pihak bertemu di Ain Jalut pada hari jum’at tanggal 25 Ramadhan 658 H/1260 M. di sana perang dahsyat meledak. Kedua pasukan bertempur mati-matian dan belum pernah terjadi sebelunya. Kemenagan di raih pasukan Islam. Mereka berhasil  menundukkan pasukan Tartar dengan memalukan hingga membuat pasukan Tartar lari tunggang langgang. Mereka terus di buru oleh pasukan Islam dan membunuhnya serta membebaskan kaum Muslimin yang mereka tawan.

         Pada perang tersebut, katbaghanuwin tewas dan sebagian besar keluarganya. Panglima perang pasukan Islam memerintahkan Bibraas Al-bandaqadari dengan anak buahnya (pasukan kavaleri) untuk membuntuti pasuakan Taratar yang kalah dan membunuh mereka dimana saja mereka berada. Bibraas Al-Bandaqadari dan anak buahnya segera membuntuti mereka hingga tiba di kota Halb.

        Pasukan Tartar yang berada di Damascus juga ikut melarikan diri dan meninggalkan Damascus pada hari ahad tanggal 27 Ramadhan 658 H/1260 M mereka di kejar kaum muslimin Damascus. Semangat menang kaum muslimin spontans menguat. Kekeuatan sebenarnya segera tampak akibat kekalahan musuh Allah dan musuh mereka. Mereka bunuh pasukan tartar yang melarikan diri dan membebaskan kaum muslimin yang tertawan. Berita kemenangan kaum muslimin terdengar dimana-mana dan mereka bergembira atas kemengnan ini. Dan dukungan Allah kepada mereka dan kaum muslimin sangat kuat.

         Sebagian pasukan Tartar meminta perlinduangan kepada kaum Kristen, namun kaum muslimin segera mengahancurkan gereja tempat salib dan membakarnya dan membakar rumah-rumah orang-orang Kristen yang dulunya memaksa mereka berdiri menghormati   salib tersebut. Itulah balasan yang setimpal. Kaum muslimin juga membunuh orang Rafadh (Syiah) yang sebelum ini membantu pasukan Tartar menjarah kekayaan kaum Muslimin.

فَقُطِعَ دَابِرُ الْقَوْمِ الَّذِينَ ظَلَمُوا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

    “ Maka orang-orang yang dzalim itu di musnahkan sampai keakar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam” (Al-An’am; 45)

         Raja Saifudin Qataz datang ke Abhah dan fakhr dan kaum muslimin menyambut kedatanganya  dengan meriah dan mendo’akan baginya. Di tempat ini, Bibraas Al-Bandaqadari berhasil mengusir Hulako Khan dari Halb dan mengembaliakn Halb kepangkuan kaum muslilin. Begitulah kaum muslimin dapat merebut kembali Negara-negara Syam dari pasukan tartar dan mengusir pasukan tartar ke negrinya dengan menanggung kerugian besar.

D. Sebab-sebab kehancuran bangsa tartar

1. Kekalahan Tartar di ain jaluth

            Kekalahan pasukan tartar di Ain Jaluth adalah merupakan alarm kekalahan-kekalahan yang mengancam kedigdayaan Tartar dan mengancam mereka ketitik nadhir. Dan puncaknya adalah rakyat yang memilih dan memecat pemimpin. Padahal kedua tugas tersebut merupakan otoritas orang-orang yang bijaksana dan pertimbanganya akurat. jika rakyat yan mengangkat pemimpinya padahal mereka tidak mempunyai wewenang untuk itu, maka itulah final perjalanan suatu bangsa.

            Negara Tartar terombang-ambing dalam ketidak pastian terlebih setelah terbunuhnya Sultan Ahmad bin Hulako. Sepeninggalnya Sultan Ahmad bin Hulako rakyat Tartar mengangkat  Arghun bin Agha dan ternyata pemimpin yang mereka angkat mereka racun sendiri hingga menemui ajalnya. Rakyat Tartar bingung saiapa yang di tunjuk setelah kematian Arghu bin Agha. Akhirnya mereka mengangkat Kiktu sebagai rajanya. Setahun kemudian Kiktu juga mereka bunuh kemudian mereka mengangkat Bira sebagai pengantinya.

            Orang-orang Tartar pusing diantara mereka sendiri. Mereka mengangkat rajanya lalu memecatnya dan membunuhnya. Hal ini berlangsung hingga tahun 694 M/1295 H.

2. Konflik di antara kalangan elit tartar

            Kekalahan tartar di ain jaluth merupakan pemicu pergolakan besar dalam dalam tubuh tartar dan itu terlihat dalam dua hal:

Pertama: munculnya konflik internal di kalangan elit tartar. Kekalahan mereka di ain jaluth mendorong sebagian golongan elit tartar menuntut jatah kekuasaan dan kekayaan kepada Khulako khan. Di sisi lain, Hulako Khan tidak menanggapi tuntutan mereka dan malah terkesan menolaknya. Dari sinilah konflik terjadi persisinya pada tahun 660 H/1261 M, atau dua tahun setelah kekalahan pasukan tartar di Ain Jaluth  yang diawali dengan konflik antara Hulako Khan dengan sepupunya Berkat Khan.

Kedua: yang terpenting yaitu masuknya Berkat Khan kedalam Islam dan koalisinya dengan sultan mesir Dzahir Bibras melawan Hulako Khan.

3. Kekalahan demi kekalahan yang dialami oleh pasukan tartar

            Setelah pasukan Tartar di timpa kekalahan mamalukan ditangan sultan Mudzaffar Qataz, pasukan Tartar tidak mampu bangkit lagi dan gagal dalam setiap serangan yang mereka lancarkan. Pertempuran-petempuran yang mereka kobarkan setelah itu tak ubahnya seperti petempuran sekawanan pasukan dan menimbulkan kerugian besar pada mereka sendiri kemudian mereka lari tunggang langgang ketempat mereka.

4. Masuknya Raja-raja Tartar kedalam agama Islam

            Salah satunya adalah Raja Qazan bin Arghun, beiau menyatakan masuk Islam di hadapan Amir Tuzun Rahimahullah. Bersamaan dengan keislaman Qazan bin Arghun, rakyat Tartar bebondong-bondong masuk Islam mengikuti jejak Rajanya. Hari keislaman Quzun merupakan hari yang bersejarah. Ketika itu emas, perak, dan mutiara ditebar di kepala rakyatnya dan ia menamakan dirinya Mahmud. Ia lansung ikut shalat jum’at. Setelah keislamanya, ia hanurkan gereja-gereja, memungut pajak dari orang-orang Kristen, mengembalikan ranpsan perang ke Baghdad dan lain sebgainya.

5. Persatuan dan kesatuan kaum muslimin serta semangat jihad kaum muslimin dalam memerangi pasukan Tartar

Referensi

   1. Al-Bidayah wa Nihayah karya Ibnu katsir
   2. Al-Kamil karya Muhammad bin Abdullah bin Ibrahim At-Tuwaijiri
   3. Wajah Dunia Islam karya Dr. Muhammad Sayyid Al-Wakil


[1] Imam Ad-Dzahabi, Al-Bidayah wan Nihayah, Jilid XIII hal. 83

[2] Ibid. Jumlah tersebut hanya di Bukhari saja. Sedang pagawai Samardkhan mencapai 50.000 ribu personil

[3]  Imam Ad-Dzahabi, Al-Bidayah wan Nihayah, Jilid XIII hal. 83-84

[4] Ibid , Jilid XIII hal. 90

[5] Muhammad bin Abdullah bin Ibrahim At-Tuwaijiri , Al-Kamil, Jilid XII hal. 370

[6]  Imam Ad-Dzahabi, Al-Bidayah wan Nihayah. Jilid XIII hal. 89

[7]  Ibid, hal. 90

[8]  Imam Ad-Dzahabi, Al-Bidayah wan Nihayah, jilid XIII hal. 90

[9]  Muhammad bin Abdullah bin Ibrahim At-Tuwaijiri , Al-Kamil, jilid XII hal. 378

[10] Imam Ad-Dzahabi, Al-bidayah wan Nihayah, jilid XIII hal. 89 dan Al-Kamil, jilid XII hal. 375

[11] Imam Ad-Dzahabi, Al-Bidayah wa Nihayah, jilid XIII hal. 202

[12] Imam Ad-Dzahabi, Al-Bidayah wa Nihayah, jilid XIII hal. 203

[13] Imam Ad-Dzahabi, Al-Bidayah wa Nihayah, jilid XIII hal. 215 dan Tarikhul Khulafa’ hal. 475

[14] Imam Ad-Dzahabi, Al-Bidayah wa Nihayah, jilid XIII hal. 215

[15] Nuwin artinya pemimpin seribu tentara

0 komentar

Posting Komentar