(Menjaga Diri dari Hal-hal yang Diharamkan)
Oleh: Ahsanul Huda
(( مَاتَرَكْتُ بَعْدِيْ فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ )) (رواه البخاري ومسلم)
“Tidaklah aku tinggalkan setelahku sebuah fitnahpun yang lebih berbahaya bagi laki-laki dari pada fitnah kaum wanita.”
Tahrij Hadits
Hadits ini di keluarkan oleh Bukhari no. 5096, Muslim no. 2740, Ahmad, Tirmidzi, Nasa'i, dan Ibnu Majah dari Usamah Bin Zaid, Abu Said Al Khudri dan Said Bin Zaid (lihat Shahihul Jami' no. 5597 dan Jami'ul Ushul: 4 /504, 6/519).
Penjelasan Hadits
Setiap orang yang memiliki hati nurani, akan merasakan bahwa fitnah yang paling berbahaya adalah fitnah wanita. Ia senantiasa merintangi seorang muslim, bahkan secara mutlak ia adalah fitnah paling kuat baginya.
Api fitnah tersebut makin terasa di zaman kita sekarang ini. ia selalu kembali dengan kuatnya. Kejahatannya menyebar menembus pondasi seseorang, bahkan ia akan menguasai hati seseorang yang lalai. Ia akan mengguncang orang yang bodoh, senantiasa menyerang kebaikan-kebaikan pemuda Islam, hingga terasa sesaklah dienn mereka. Ia mengkoyak kehormatan kaum muda Islam, memupus kesungguhan mereka hingga yang tersisa hanyalah kebingungan di jalan.
Tidak pelak lagi, bahwa fitnah wanita sangat berbahaya dibandingkan dengan yang lainya, bahkan ia sebagai awal dari sebuah kejahatan dalam masyarakat. Ia merupakan permulaan yang hina dan merupakan suatu kelemahan. Juga sebagai sebab dari setiap kemungkaran dan kejahatan yang ada, begitu pula mara bahaya dan berbagai cobaan.[1]
Dalam sebuah hadits, dari Abu Sa’id al-Khudri ra berkata, Rasulullah saw bersabda:
((إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ، فَاتَّقُواالدُّنْيَاواتَّقُواالنِّسَاءَ فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ كَانَتْ فِي النِّسَاء )) (رواه مسلم)
“Dunia adalah sangat menarik, berhati-hatilah kalian terhadap dunia dan berhati-hatilah kalian terhadap wanita, karena sesungguhnya awal terjadinya fitnah yang menimpa bani Israil adalah pada wanita.”(HR Muslim)[2]
Fitnah wanita sangat berbahaya bagi kaum laki-laki , karena seorang wanita bisa memikat dan menarik perhatian kepada mereka dengan berbagai cara, bisa melalui pandangan ataupun melalui ucapannya. Memandang seorang wanita dapat menggerakkan instink seorang lelaki, ia semakin perhatian dan tertarik kepadanya.
Demikianlah, Allah swt telah menciptakan fitrah manusia sebagai ujian dan cobaan. Barangsiapa yang bersabar atasnya, ia akan mendapatkan pahala dan barangsiapa yang berpaling kepadanya, ia akan mendapatkan balasannya.
Merupakan kasih sayang Allah swt kepada hamba-hamba-Nya, Ia menunjukkan kepada mereka jalan untuk menjaga dari kejahatan fitnah wanita. Begitu pula Allah swt menjelaskan jalan sebagai penjaga dan penawar baginya. Dia berfirman:
(( وَلْيَسْتَعْفِفِ الَّذِينَ لاَيَجِدُونَ نِكَاحًا حَتَّى يُغْنِيَهُمُ اللهُ مِن فَضْلِهِ ))
“Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)-nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan kurnia-Nya.” [3]
Dalam ayat tersebut, Allah swt menjelaskan bahwa iffah merupakan jalan keluar dari kegelapan fitnah tersebut.
Lalu, apakah yang dimaksud dengan iffah itu sendiri ?
Apa sajakah jalan yang harus ditempuh untuk mendapatkannya ?
Demikian juga, apa manfaat dari iffah ?
Pertama: Definisi Iffah
Secara bahasa Iffah berasal dari kata "عَفَّ-يَعِفُّ-عِفَّةً وَعِفَافَةً" dengan harakat kasrah pada huruf ‘ain yang berarti "اَلْكَفُّ" : menjaga.
Adapun secara istilah iffah adalah menjaga diri dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah swt secara kaffah (menyeluruh).
Di dalam Al-Qur’an, disebutkan lafazh "اَلْاِسْتْعْفَافُ" , maksudnya adalah
"طَلَبُ الْعِفَّةَ عَنْ أَسْبَابِ الْفَسَادِ وَالْبُعْدَ عَنِ الزِّنَى وَفِتْنَةَ النِّسَاءِ"
“Permintaan untuk menjaga diri dari sebab-sebab kerusakan, menjauhkan diri dari perbuatan zina dan fitnah wanita.”
Hal tersebut sebagaimana firman Allah swt:
(( وَلْيَسْتَعْفِفِ الَّذِينَ لاَيَجِدُونَ نِكَاحًا حَتَّى يُغْنِيَهُمُ اللهُ مِن فَضْلِهِ ))
“Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)-nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan kurnia-Nya.” [4]
Isti’faf merupakan akhlaq paling tinggi, paling mulia dan dicintai Allah swt. Ia merupakan sifat dari hamba-hamba Allah swt yang shalih, senantiasa meresakan akan kehadiran-Nya, keagungan-Nya, serta takut akan murka dan adzabnya.
Kedua: Fenomena Iffah
1. Ketaqwaan Kepada Allah
Hal ini merupakan asas paling fundamental dalam mengusahakan iffah pada diri seseorang. Ketaqwaan adalah pengekang seseorang dari perbuatan-perbuatan tercela yang dilarang oleh dienul Islam. Taqwa akan menyebabkan seseorang selalu berhati-hati dalam melakukan berbagai perbuatan, baik di kala sendirian maupun keramaian mengamalkan sabda Nabi saw" Bertaqwalah kepada Allah dimanapun kamu berada…" segala anggota tubuh akan selalu terjaga jangan sampai melanggar larangan Allah swt sehingga terjerumus dalam kemurkaan-Nya. Mulutnya terjaga dari pembicaraan yang bermuatan dosa, baik dosa kepada Allah, maupun dosa kepada manusia seperti ghibah, fitnah adu domba berdusta, mengumpat kepada taqdir, mencela zaman dan lain sebagainya. Tangannya pun terjaga dari hal yang dilarang seperti mengambil yang bukan haknya, memukul tanpa kebenaran, bersentuhan atau berjabat tangan dengan yang bukan mahram dan lainnya. Mata pun demikian tak kalah dengan anggota tubuh yang lain tak ingin terjerumus dalam mengumbar pandangan yang diharamkan, dan seluruh anggota tubuh yang lainnya selalu terjauh dari larangan Allah swt. Sungguh ketika taqwa berdiam pada diri seseorang, maka muncullah pribadi yang penuh dengan hiasan yang tak tertandingi keindahannya. Mengalahkan keindahan mutiara, emas, perak, berlian dan hiasan dunia yang lainnya.
Allah swt berfirman:
))وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى((
“Dan berbekalah karena sesungguhnya sebaik-baiknya bekal adalah ketaqwaan”[5]
Adapun bekal yang sebenarnya yang senatiasa memberikan manfaat kepada pemiliknya baik di dunia maupun di akherat adalah bekal yang berupa taqwa, ini merupakan bekal untuk menuju negeri yang abadi dan dia akan menyampaikan kepada kenikmatan yang paling sempurna. Dan barang siapa yang meninggalkan bekal ini, maka akan terputus dari segala kebaikan dan bahkan akan mengarahkan kepada keburukan, juga terhalang dari sampainya dia ke negeri orang-orang yang bertaqwa dan ini merupakan ujian bagi orang yang bertaqwa.[6]
2. Rasa Malu
Ia adalah sifat yang agung dan terpuji. Bahkan malu itu bagian dari iman yang merupakan pedoman muslim dan penegak hidupnya. Rasulullah saw bersabda;
الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنْ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَانِ
“Iman itu bercabang tujuh puluh lebih atau enam puluh lebih, yang paling utama adalah laa ilaaha illallah dan yang paling rendah adalah menyingkirkan rintangan dari jalan, dan malu termasuk dari cabang iman”[7]
Dengan rasa malu, seseorang akan terhindar dari berbagai perbuatan yang keji, tidak pantas, mengandung dosa dan kemaksiatan. Ia menjadi bertambah indah ketika melekat pada diri seorang muslim. Dengan malu seorang muslim akan selalu nampak dalam fitrahnya. Orang yang awam sekali pun bila disuruh untuk memberikan penilaian terhadap dua orang , yang seorang adalah yang menjaga rasa malunya. Seorang lagi tak pedulian tak punya rasa malu terhadap orang, bicara seenaknya duduk seenaknya, segalanya seenaknya tentu orang akan memberikan penilaian tinggi pada orang yang pertama daripada orang yang kedua. Rasa malu ini benar-benar akan menjadi penjaga yang baik bagi seorang muslim, dan rasa malu itu tidaklah menimbulkan kecuali kebaikan.[8]
3. Menjauhi Perbuatan Zina
Zina merupakan perbuatan keji yang tersebar, penyakit yang mengkoyak kehormatan dan menghancurkan keluarga. Oleh karenanya syariat samawiyah sepakat atas keharamannya dan mengingkarinya. Demikian pula akal yang sehat dan fitrah yang suci mengakui akan kejelekan dan kekejiannya.
Allah swt berfirman:
(( وَلاَتَقْرَبُوا الزِّنَى إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَآءَ سَبِيلاً ))
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” [9]
Oleh karena itu, iffah dari delik zina merupakan sebuah kewajiban dan sesuatu yang harus selalu dikuatkan dilihat dari berbagai bahaya yang ditimbulkan tidak hanya berdampak pada diri perorangan, melainkan juga pada harta dan masyarakat. Bahkan Allah swt telah mengqarinkan antara zina dengan kesyirikan dan pembunuhan. Sebagaimana yang difirmankan-Nya dalam QS. Al-Furqan: 68-70.
“Dan orang-orang yang tidak menyembah ilah yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya), (*) (yakni) Akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina.(*) Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka mereka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan.Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (*)” [10]
Dalam ayat-ayat ini kita temukan bahwa sebagian dari sifat hamba-hamba Allah swt itu adalah tidak mempersekutukan Allah swt dengan sesuatu apapun, tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar, dan tidak berbuat zina. Dalam ayat-ayat ini juga kita temukan bahwa Allah swt mengancam orang yang berbuat zina dengan siksaan yang pedih. Para pezina tidak cukup mendapatkan adzab Jahannam di hari kiamat, akan tetapi adzab ini akan dilipat gandakan.[11]
4. Ghadhul Bashar (Menundukkan Pandangan)
Pandangan merupakan panah-panah Iblis. Apabila seseorang tidak mewaspadainya sejak dini, ia akan membawa dan menyeretnya ke dalam kubangan syahwat. Ia akan menyelinap di dalam hati dan bergolak di dalamnya, membuat gelapnya instink dan mencampurinya dengan syahwat. Pada akhirnya akan melahirkan berbagai angan-angan dan penggambaran abstrak. Lalu membangkitkan keinginan untuk membela atau menerimanya, hingga sakitlah hati tersebut dan melemahlah jasad orangnya.
Oleh karenanya Allah swt menghubungkan antara ghadhul bashar dengan menjaga kemaluan. Sebagaimana firman-Nya:
(( قُلْ لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللهَ خَبِيرٌ بِمَايَصْنَعُونَ))
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman:"Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat".[12]
Perintah di dalam ayat ini menyangkut laki-laki dan perempuan. Allah swt memerintahkan orang-orang mukmin, baik laki-laki maupun perempuan, untuk menahan pandangan mereka dari pandangan yang haram karena pandangan merupakan salah satu sarana perzinaan.
Oleh karena itu, Allah swt memerintahkan untuk memelihara kemaluan mereka dari perbuatan zina sekaligus menjaganya dari melihat kemaluan (orang lain)[13]
5. Menghindari Berjabat-tangan dengan Wanita
Bersentuhan antara kaum laki-laki dengan wanita akan menimbulkan pengaruh dalam jiwa, akan tertanam di dalamnya angan-angan dan rasa was-was serta akan melahirkan dalam hatinya kecenderungan untuk berikhtilat. Perkara ini adalah membatalkan iffah seseorang dan akan mengajaknya kepada perbuatan keji dan hina.
Ibunda A’isyah ra pernah menuturkan:
(( وَمَا مَسَّتْ يَدُ رَسُوْلِ اللهِ يَدَ امْرَأَةٍ إِلاَّ امْرَأَةً يَمْلِكُهَا ))
“Tangan Rasulullah saw tidak menyentuh tangan kaum wanita, melainkan wanita yang beliau miliki.”[14]
Orang yang menjaga diri adalah yang meninggalkan kondisi-kondisi ragu dan menjadikan penghalang antara dia dan kehormatan dari tersurup kejelekan.
6. Menghindari Berkhalwat dengan Wanita
Berduaan dengan orang asing (bukan mahram) adalah haram, terlebih sudah jelas nash yang melarang hal tersebut.
Ibnu Abbas ra pernah berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda:
(( لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِإِمْرَأَةٍ إِلاَّ وَمَعَهَا ذُوْ مَحْرَمٍ ))
“Janganlah seorang wanita berduaan dengan laki-laki, kecuali bersama mahramnya.”[15]
Demikian itu karena khalwat merupakan pengajak kepada perbuatan keji dan akan membawa kepada perzinaan. Jiwa manusia akan lemah jika tidak terlihat oleh pandangan orang lain. Dengan begitu akan lebih sulit baginya untuk menghindari dan bermujahadah daripada ketika ada seorang yang melarang dan mencegahnya.
5. Menjauhi tempat-tempat yang menimbulkan fitnah
Salah satu manifestasi dari kesucian kebersihan diri adalah dengan menjauhi tempat-tempat yang akan mendatangkan kerusakan baginya. Dan tidak dipungkiri oleh seorangpun bahwa hari ini sarana-sarana kemaksiatan telah tersebar luas ditengah-tengah kehidupan, disetiap sudut, tempat dan disetiap jalan.
Berjihadlah melawan nafsumu dan mintalah pertolongan kepada Allah swt. Sesungguhnya Allah swt telah menjanjikan bagi mereka yang berjihad di jalan-Nya dengan kemenangan, petunjuk dan taufik.
Allah swt berfirman:
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”[16]
Ketiga: Buah dari Iffah
Jika buah dari iffah tersebut hanya terjaganya kehormatan dan kemuliaan seseorang maka itu telah cukup baginya, padahal iffah tersebut akan membuahkan kenikmatan yang luar biasa dan membuat tinggi kedudukan seseorang di dunia dan diakhirat, diantaranya:
1. Meraih kemenangan dengan pahala yang besar
Pemuda yang menjaga kehormatan dirinya akan mendapat perlindungan Allah swt dihari kiamat, pada hari tidak adanya perlindungan kecuali perlindungan Allah swt.
Dari Abu Hurairah ra berkata; bersabda Rasulullah saw:
“Tujuh golongan manusia yang akan mendapatkan perlindungan Allah dihari tidak adanya perlindungan kecuali perlindungan Allah Subhanahu wa Ta'ala; Pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh besar dalam ketaatan kepada Allah, seseorang yang hatinya terikat dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah, mereka berkumpul dan berpisah karena-Nya, lelaki yang diajak oleh wanita yang kaya dan cantik (untuk melakukan perbuatan zina), namun ia berkata; aku takut kepada Allah Rabb Semesta Alam, seseorang yang bersedekah dan ia merahasiakan sedekahnya, sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya dan seseorang yang berdzikir kepada Allah ditengah malam sehingga menetes air matanya dipipinya.”[17]
2. Mendapatkan kemulian dan kedudukan yang tinggi di dunia
Pemuda yang menjaga kehormatan dirinya dari hal-hal yang tidak baik, maka ia akan dicintai oleh manusia, mereka akan akan menghormatinya, mempercayainya, dan memuliakannya diantara teman-temannya.
Itu semua tiada lain adalah buah dari penjagaan dirinya dari hal-hal yang tidak diridhai oleh Allah swt dan dari sifat malunya kepada Allah swt. Hingga ketika Allah swt mewariskan pada dirinya suatu pemberian dan keelokan, maka Allah swt melahirkan pada hati manusia rasa cinta, kasih sayang dan penerimaan atasnya.
Sebagai contoh dalam bab ini marilah kita perhatikan kisah Abu Bakar Al Miski. Ketika orang-orang berkata kepadanya, “Kami terus menerus mencium bau harum dari dirimu, apa sebabnya,? “
Maka ia menjawab, “Demi Allah! Bertahun-tahun aku tidak pernah memakai minyak wangi, adapun sebab mengapa tubuhku harum terus menerus adalah; dulu ada seorang wanita yang memperdayai diriku, hingga ia mampu memasukkanku ke dalam rumahnya dan mengunci pintu-pintunya, dan ia memaksaku agar aku mau melayani dirinya, hingga terasa sempitlah dunia ini bagiku.
Maka aku katakan kepadanya; Aku ingin membersihkan diriku dulu, lalu ia menyuruh pelayannya untuk mengantarkanku ke kamar kecil, maka akupun mengikutinya. Ketika aku masuk ke dalamnya, akupun langsung mengabil kotorannya dan melumurkannya ke seluruh tubuhku, lalu aku kembali menemui wanita tersebut dalam keadaan berlumuran kotoran manusia. Ketika ia melihatku dalam kondisi yang seperti itu iapun terkejut dan menyuruh pelayannya untuk mengeluarkanku dari rumahnya.
Lalu aku pulang ke rumahku, dan sesampainya dirumah akupun langsung mandi dan membersihkan diriku. Dan ketika aku tidur diwaktu malam, aku bermimpi ada seseorang yang berkata kepadaku; Engkau telah melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh siapapun, sungguh kami akan mengharumkan baumu di Dunia dan di Akhirat. Ketika aku bangun maka bau harum menyelimuti diriku dan hal itu berlangsung sampai sekarang.”[18]
Perhatikanlah Akhir kesudahan yang baik dari penjagaan kesucian diri ini, bagaimana Allah swt telah memuliakannya dengan memberinya sebaik-baik pemberian, Allah swt jadikan bau badannya seperti harum kasturi ketika ia takut kepada Allah swt dan bertaqwa kepadanya, serta menjaga dirinya dari hal-hal yang diharamkan dan dilarang oleh Allah swt .
Ketahuilah bahwa nikmat dari perbuatan iffah lebih nikmat dibandingkan dengan nikmat melakukan sesuatu, walaupun nikmat (dari iffah) tersebut didapat setelah sulitnya mengekang hawa nafsu barulah ia mendapatkan kenikmatan tersebut.
Demikianlah, dalam menjalani ketaatan kepada Allah! Ia butuh kesabaran, pengendalian hawa nafsu dan kesungguhan. Bahkan ia kelak akan mewariskan pemberian, pahala dan diterima di tengah-tengah manusia. Demikianpula, seberapa tinggi ketaatan seorang hamba kepada Rabb-nya, setinggi itu pula kedudukannya di sisi keluarga, saudara dan manusia lainnya. Wabillah at- taufiq.
3. Memberi jalan keluar dari kesukaran dan kesulitan
Hal itu sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Rasulullah saw dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra secara marfu’ tentang tiga orang yang berteduh dalam sebuah gua dekat sebuah gunung, tiba-tiba sebuah batu besar jatuh dari atas gunung dan menutupi pintu gua (menyebabkan mereka tidak bisa keluar darinya).
Berkatalah salah seorang dari mereka kepada yang lainnya; lihatlah amal shalih yang pernah kalian kerjakan, lalu berdo’alah dengan bertawassul dengannya. Lalu setiap mereka menyebutkan amal shalih yang pernah mereka kerjakan, salah seorang dari mereka berdo’a seraya menyebutkan;
“Ya Allah saya memiliki seorang sepupu wanita, dan saya sangat mencintainya, sebagaimana layaknya seorang laki-laki mencintai seorang wanita. Akupun merayunya agar ia mau menyerahkan dirinya kepadaku, ia menolaknya kecuali bila aku mampu memberikan kepadanya uang seratus dinar.
Maka akupun bekerja untuk mendapatkan uang sebesar itu, setelah aku mendapatkannya aku langsung memberikan uang tersebut kepadanya. Ketika aku telah barada diantara dua kakinya, ia berkata; Wahai hamba Allah takutlah kamu kepada Allah! Jangan engkau singkap penutup itu kecuali dengan jalan yang benarnya, akupun langsung beranjak darinya dan meninggalkan uang seratus dinar tersebut untuknya. Ya Allah! Jika Engkau mengetahui bahwa aku melakukannya karena mengharapkan wajah-Mu, maka bukakanlah pintu gua tersebut untuk kami! Maka bergeserlah sedikit pintu gua tersebut.”[19]
Perhatikanlah! Allah tidak memberikan kepada mereka jalan keluar tersebut melainkan karena besarnya ketaatan mereka kepada Allah, yang mereka sebutkan dalam do’a mereka. Dan ketika Allah mengetahui keikhlasan dan iffah mereka, Allah segera mengabulkan do’a mereka dan mengeluarkan mereka dari kesulitan yang mereka hadapi.
Penutup
Mudah-mudahan kita senantiasa mengikuti jalan Rasulullah saw dan hidup dengan kesucian dan kemulian, dengan menjaga kemaluan, pandangan, dan menjauhi sarana-sarana yang menjerumuskan kita kepada fitnah syahwat dan kehinaan.
Ketahuilah sesuatu yang paling banyak menyebabkan manusia masuk ke dalam neraka adalah kemaluan dan lisannya. Dan menjaga kemaluan adalah dengan menjaga diri dari hal-hal yang diharamkan dan malu kepada Allah swt.
Semoga Allah memberikan taufik-Nya kepada kita terhadap apa-apa yang dicintai dan diridlai oleh-Nya, dan menjadikan kita sebagai ahlul iffah, taqwa dan orang-orang yang takut kepada-Nya.
Semoga Shalawat dan Salam tercurahkan kepada Nabi dan Rasul-Nya Muhammad saw.
Daftar Pustaka
1. Tafsir Al-Karim Ar-Rahman fie Tafsir Al-Kalam Al-manan karya Abdurrahman bin Naasir Asy-Sya’di
2. Fathul Bari karya Ibnu Hajar Al-Asqolani
3. Minhajul Muslim karya Abu Bakar Jabir Al-Jazairi
4. Silsilah Hidayah karya Amru Khalid
5. Hak dan Kewajiban Wanita Muslimah Menurut Al-Qur’an dan Sunnah karya Abdullah bin Jarullah bin Ibrahim Al-Jarullah
6. Al-Jaza’ min Jinsil ‘Amal karya Al-‘Affani
[1] Ibnu Hajar Al-Asqolani, Fathul Bari: 9/ 171
[2] HR Muslim no. 2741.
[3] QS. an-Nur (24): 33.
[4] QS. an-Nur (24): 33.
[5] QS. Al-Baqarah: 197
[6] Abdurrahman bin Naasir Asy-Sya’di, Tafsir Al-Karim Ar-Rahman fie Tafsir Al-Kalam Al-manan, Hal. 76
[7] HR. Bukhari dan Muslim
[8] Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Minhajul Muslim, Hal. 249
[9] QS. al-Israa (17): 32.
[10] QS. al-Furqan (25): 68-70.
[11] Amru Khalid, Silsilah Hidayah, hal. 204
[12] QS. An-Nur: 30
[13] Abdullah bin Jarullah bin Ibrahim Al-Jarullah, Hak dan Kewajiban Wanita Muslimah Menurut Al-Qur’an dan Sunnah, hal. 51
[14] HR. al-Bukhari.
[15] HR. al-Bukhari no. 4935 dan Muslim.
[16] QS. al-Ankabut : 69.
[17] HR. al-Bukhari dan Muslim.
[18] Al-‘Affani, Al-Jaza’ min Jinsil ‘Amal: 2/128.
[19] HR. al-Bukhari dan Muslim.
Kata Mutiara
Sahabat adalah keperluan jiwa yang mesti dipenuhi.
Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau subur dengan penuh rasa terima kasih.
Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu. Kerana kau menghampirinya
saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa memerlukan kedamaian.
Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau subur dengan penuh rasa terima kasih.
Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu. Kerana kau menghampirinya
saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa memerlukan kedamaian.
Posting Komentar