REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--''Kami diserang.'' Begitulah isi pesan singkat terakhir yang dikirim Surya Fahrizal, subuh (31/5) tadi. Setelah itu, tak ada lagi kabar yang datang darinya.
Berbarengan dengan pesan itu, kapal Marvi Marmara yang membawa ratusan relawan kemanusiaan untuk rakyat Palestina di Gaza, diserang pasukan komando Israel sekitar 64 kilometer dari pantai tujuan. Surya merupakan wartawan Suara Hidayatullah. Dia adalah bagian dari 12 relawan asal Indonesia yang berada di kapal tersebut.
Sejauh ini dikabarkan 16 relawan meninggal dunia dan puluhan lainnya luka-luka akibat serangan brutal tentara zionis itu. Belum bisa dipastikan, apakah Surya dan 11 relawan Indonesia lainnya turut menjadi korban syahid atau terluka.
''Kontak terakhir kami dengan dia subuh tadi pagi. Dia sempat mengirim sms yang bunyinya 'Kami Diserang'. Setelah itu tak ada kontak lagi, sms maupun telepon. Kami mencoba berkali-kali menghubungi dia, juga tidak bisa. Sampai saat ini kami belum bisa kontak dan belum mengetahui kondisi dan kabar mereka,'' ungkap Pemimpin Redaksi Suara Hidayatullah, Mahladi, kepada Republika.
Sehari sebelum berangkat ke Gaza, Surya sempat berpamitan dengan semua rekan sekantornya dan meminta maaf jika memiliki salah. Bersama 11 relawan lainnya, dia bertolak dari Indonesia pada 20 Mei 2010. Menurut Mahladi, Surya berangkat bersama dua relawan dari Sahabat Al-Aqsha, bergabung dengan tim dari MER-C dan Kispa.
Sejak awal, Surya sudah memahami bahwa misinya berangkat ke Gaza ini adalah misi jihad. Mahladi pun mengingatkan bahwa kemungkinan Surya tak akan kembali lagi ke Tanah Air. ''Surya dengan tegas mengatakan, 'Saya Siap','' ucap Mahladi.
Berbarengan dengan pesan itu, kapal Marvi Marmara yang membawa ratusan relawan kemanusiaan untuk rakyat Palestina di Gaza, diserang pasukan komando Israel sekitar 64 kilometer dari pantai tujuan. Surya merupakan wartawan Suara Hidayatullah. Dia adalah bagian dari 12 relawan asal Indonesia yang berada di kapal tersebut.
Sejauh ini dikabarkan 16 relawan meninggal dunia dan puluhan lainnya luka-luka akibat serangan brutal tentara zionis itu. Belum bisa dipastikan, apakah Surya dan 11 relawan Indonesia lainnya turut menjadi korban syahid atau terluka.
''Kontak terakhir kami dengan dia subuh tadi pagi. Dia sempat mengirim sms yang bunyinya 'Kami Diserang'. Setelah itu tak ada kontak lagi, sms maupun telepon. Kami mencoba berkali-kali menghubungi dia, juga tidak bisa. Sampai saat ini kami belum bisa kontak dan belum mengetahui kondisi dan kabar mereka,'' ungkap Pemimpin Redaksi Suara Hidayatullah, Mahladi, kepada Republika.
Sehari sebelum berangkat ke Gaza, Surya sempat berpamitan dengan semua rekan sekantornya dan meminta maaf jika memiliki salah. Bersama 11 relawan lainnya, dia bertolak dari Indonesia pada 20 Mei 2010. Menurut Mahladi, Surya berangkat bersama dua relawan dari Sahabat Al-Aqsha, bergabung dengan tim dari MER-C dan Kispa.
Sejak awal, Surya sudah memahami bahwa misinya berangkat ke Gaza ini adalah misi jihad. Mahladi pun mengingatkan bahwa kemungkinan Surya tak akan kembali lagi ke Tanah Air. ''Surya dengan tegas mengatakan, 'Saya Siap','' ucap Mahladi.
Red: Budi Raharjo
Rep: Rahmat Santosa Basarah
Rep: Rahmat Santosa Basarah
Kata Mutiara
Sahabat adalah keperluan jiwa yang mesti dipenuhi.
Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau subur dengan penuh rasa terima kasih.
Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu. Kerana kau menghampirinya
saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa memerlukan kedamaian.
Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau subur dengan penuh rasa terima kasih.
Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu. Kerana kau menghampirinya
saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa memerlukan kedamaian.
Posting Komentar